Algemeene Studie Club Di Bandung Didirikan Oleh

administrator

0 Comment

Link

Algemeene Studie Club Di Bandung Didirikan Oleh – Soekarno dan mahasiswa asli TH Bandung tahun 1923. Baris belakang dari kiri ke kanan: M. Anvari, Soetejo, Soetoho, Soekarno, R. Somani, Soetono/Soetoto(?), R. M. Koesoemaningrat, Giokoasmo, Marsito. Kursi depan: Soetono/Soetoto(?), M. Hoedoro

Ditulis oleh Cindy Adams, mengatakan: “…Tidak seorang pun dalam peradaban modern dapat menciptakan begitu banyak sentimen terhadap Sukarno. Saya dikutuk sebagai pengganggu dan disembah sebagai dewa. . . .”

Algemeene Studie Club Di Bandung Didirikan Oleh

Evolusi pemikiran pria kelahiran 6 Juni 1901 sebagai seorang patriot itu tumbuh selama berada di Haji Oemar Said Tjokroaminoto. Meski di rumah HOS Tjokroaminoto di Surabaya, Sukarno muda diberi kamar kecil tanpa jendela karena hanya itu kamar yang tersedia.

Top 10 Untuk Mencapai Tujuan Organisasi Pni Berasaskan Pada Self Help Jelaskan Apa Yang Dimaksud Self Help 2022

Namun, itu cukup memuaskan ayahnya, Raden Soekemi Sosrodihardjo, seorang pejabat rendahan yang bekerja sebagai guru sekolah dasar, karena Sukarno tinggal bertetangga dengan “Raja Jawa” yang tidak bermahkota itu.

Dalam budaya Jawa, Tjokroaminoto dianggap sebagai raja karena nama Tjokroaminoto diyakini identik dengan Evrokokro, sosok penyelamat yang akan membawa dan memimpin masyarakat Jawa dari keadaan hina dan depresi menuju masa keemasan yang dijanjikan.

“Saya menjadi ekor Tjokroaminoto.” Ke mana pun dia pergi, aku mengikutinya. Dia memiliki kekuatan besar atas orang-orang. Cermin bicara saya adalah Tjokroaminoto. Aku memperhatikannya sambil merendahkan suaranya. Saya melihat gerakannya, saya mengamatinya dan menggunakannya untuk keuntungan saya; tulis Sukarno

Di Surabaya, Soekarno hidup pada periode 1916-1921. Dalam biografinya, Sukarno menyebut Surabaya sebagai kota yang panas dan bising. Semangat Crocodile City ia rasakan selama lima tahun saat menyelesaikan pendidikannya di HBS (Hogere Burger School).

Penjara Banceuy Saksi Bisu Cinta Inggit Dan Soekarno Halaman 1

Situasi memanas semakin memanas dengan tetap tinggalnya HOS Tjokroaminoto, pemimpin Sarekat Islam, yang dianggap sangat berbahaya oleh pemerintah kolonial Belanda. Dalam suasana kota perjuangan dan kota revolusi, Soekarno tumbuh menjadi seorang pemuda yang ingin sendiri.

Teman sekamarnya sangat berwarna sehingga menjadi lawan yang menarik untuk didiskusikan. Di kota ini, Sukarno berkenalan dengan kaum kiri seperti Alimin, Musso, dan Darsono—yang juga menduduki posisi penting dalam pemerintahan Sarekat Islam dan keanggotaan di ISDV (Indische School Democratische Vereeniging).

Soekarno akrab dengan tentara Muslim seperti Haji Agus Salim. Ia juga dikaitkan dengan tokoh-tokoh Marxis seperti H. Sneevliet, Adolf Baars dan C. Hartogh—guru bahasa Jerman di HBS yang pertama kali memperkenalkan konsep Marxisme kepada Sukarno.

Percakapan dan koneksi ini membuat Sukarno menyadari bahwa sebagai pemuda bukanlah tempatnya untuk menikmati hiburan atau melarikan diri ke dunia mimpi. Sebagai mahasiswa berkulit gelap di HBS, Sukarno sangat menyadari adanya diskriminasi yang signifikan terhadap orang kulit berwarna. Tetapi pada saat itu tidak ada yang bisa dia lakukan.

BACA JUGA  Apa Kelebihan Kerajinan Lunak Berbahan Lilin

Pidato Presiden Sukarno Yang Monumental Halaman 1

Setelah lulus HBS pada 10 Juni 1921, bersama istrinya Siti Oetari Tjokroaminoto, Soekarno meninggalkan Surabaya menuju Bandung. Mereka menginap di rumah Haji Sanusi, anggota Sarekat Islam dan teman dekat Tjokroaminoto. Di sanalah Soekarno pertama kali bertemu dengan Ingit Ganarsih, istri Haji Sanusi.

Kota Bandung memiliki pola ideologis yang sangat berbeda dan khas dibandingkan dengan Surabaya. Di kota inilah Sukarno bertemu dengan E.F.E. Douwes Dekker, dr. Tjipto Mangunkusumo dan Ki Hajar Devantara.

Persahabatan baru membawa sentuhan modern pada pandangan Sukarno. Dari Douwes Dekker, Sukarno melihat pentingnya mencapai kemerdekaan penuh dan kesetiaan kepada ibu pertiwi.

Intinya kemerdekaan dulu dan masalah struktural akan dibahas kemudian setelah Indonesia merdeka. Pemikiran seperti ini pada akhirnya akan tumbuh menjadi norma nasionalisme Indonesia.

Organisasi Yang Awalnya Adalah Kelompok Belajar Algemeene Studie Club Adalah

* Fakta atau kebohongan? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang dibagikan, silahkan WhatsApp verifikasi ke nomor 0811 9787 670 cukup dengan memasukkan kata kunci yang diinginkan.

Selama berada di Bandung, Sukarno membenamkan diri dalam proses pembangunan bangsa dan mulai mendambakan kemerdekaan Indonesia. Namun sebelumnya ia menyadari bahwa kendala pertama datang dari bangsa Indonesia sendiri. Ada banyak kelompok dan aliran politik, meskipun musuhnya sama, yaitu kolonialisme Belanda.

Ia menulis: “…Kesadaran dan krisis inilah yang kini menjadi kehidupan gerakan rakyat di Indonesia, yang walaupun tujuannya sama, namun memiliki tiga aspek: nasionalisme, Islam dan Marxisme…”

Algemeene Studi Club adalah organisasi wacana publik yang didirikan oleh para intelektual nasionalis Bumiputera di Tanah Pasundan, Bandung, pada tahun 1926. Sukarno adalah salah satu pendirinya.

Kamus Sejarah Indonesia Nation Formation Jilid I

Dia menjalankan organisasi ini dengan teman-teman dari Technische Hoogeschool te Bandoeng (THB) independen. Belakangan, Algemeene Studi Club dikembangkan di PNI.

, melalui tulisan-tulisannya dan agitasi kekerasannya, Sukarno menegaskan bahwa nasionalisme, Islam dan Marxisme wajib diperjuangkan demi persatuan, dengan tujuan Indonesia merdeka dan kalah satu musuh, yaitu Belanda.

Apa arti nasionalisme di mata Sukarno? Menurut Sukarno, nasionalisme bersifat objektif, mengakui bahwa manusia adalah suatu kelompok, suatu bangsa. Sukarno melihat nasionalisme sebagai ideologi pemersatu yang berpotensi mempersatukan kelompok-kelompok yang berseberangan melawan kekuasaan kolonial Hindia Belanda.

Sukarno percaya bahwa perlu diciptakan landasan bersama untuk penyatuan semua partai politik. Sebab, menurut Sukarno, gerakan nasionalis dilemahkan oleh banyak fraksi, masing-masing fraksi lebih mementingkan partainya sendiri.

BACA JUGA  Arti Penting Kerjasama Dalam Berbagai Bidang Kehidupan

Indische Studie Club

Dia akhirnya mendirikan Konsensus Persatuan Politik Nasional Indonesia (PPKI) yang meliputi PNI, SI, Budi Utomo, Pasundan, Sarekat Sumatera, Orang Betawi dan Kelompok Studi Surabaya.

Persatuan ini didirikan di Bandung pada bulan Desember 1927. Melalui PPKI, cita-cita Sukarno untuk membangun blok hitam melawan blok putih di daerah jajahan menjadi kenyataan. Bisa juga dikatakan bahwa pembentukan PPKI merupakan integrasi Sukarno dalam usahanya membangun persatuan.

Maka, di masa mudanya, pemimpin besar revolusi, Mulut Rakyat, berdiri dan memperkuat perannya sebagai pemikir dan politikus.

Sukarno membangkitkan kesadaran nasionalis melawan pemerintahan kolonial Hindia Belanda. Ia tidak menyerah, ia terus berdiri dan berjuang hingga akhir hayatnya di tengah arus yang menentangnya.Sukarno dan mantan aktivis PI sepakat mendirikan partai nasionalis. Ada prinsip yang berbeda, tetapi disatukan oleh sikap non-kooperatif yang sama.

Soekarno (bag. 3)

Bung Karno menceritakan kepada Cindy Adams bagaimana ia membagi kehidupan awalnya menjadi tiga fase. Semua tahapan itu, menurut perhitungan Sukarno, terjadi dalam kasus Windu. Vindu pertama, antara tahun 1901 dan 1909, adalah seorang anak. Kemudian tahun kedua, antara tahun 1910 dan 1918, merupakan masa perbaikan diri.

Tahun ketiga, dari tahun 1919 hingga 1927, mungkin merupakan tahun terpenting di masa mudanya. Kemudian dia belajar di Bandung dan menemukan berbagai ide. Waktu dimana jiwa politiknya terpanggil.

“Jadi, pada malam bulan purnama yang penuh kasih, saya lebih memikirkan ism daripada Ingit.” Kalau pemuda lain fokus bercinta, saya sibuk dengan Das Kapital,” kata Sukarno seperti dikutip Ibu Adams dalam Bung Karno: Pemberita Rakyat Indonesia (2014: 91).

Sukarno percaya bahwa pengetahuan dan pengalamannya cukup untuk terlibat dalam politik federal. Tahun 1926 adalah tahun momentum. Dia melihat jatuhnya dua kekuatan politik anti-kolonial yang menang. Sarekat Islam terpecah dan PKI dibungkam.

Tujuan Pni Dalam Pergerakan Nasional, Ketahui Sejarah Dan Linimasa Berdirinya

Aktivis organisasi turun, dan yang selamat lainnya berpisah. Tidak ada gerakan bersama di antara mereka, bahkan sering terjadi pertengkaran. Karena itulah ia kemudian menulis artikel “Nasionalisme, Islam, Marxisme” di majalah Indonesia Moeda pada akhir tahun 1926.

Dalam tulisan itu, Sukarno mengajak para penganut ketiga ideologi tersebut untuk mengesampingkan perbedaan dan bersatu untuk mencapai cita-cita Indonesia merdeka. Ia percaya bahwa nasionalisme dapat menjadi perekat yang menyatukan kelompok yang terpecah belah ini. Maka, di usia 26 tahun, Sukarno memutuskan perannya dalam pergerakan nasional: sebagai penyelenggara.

BACA JUGA  Belajar Ilmu Fisika Hukumnya Adalah

Agitasi dan tidak kooperatif Tidak butuh waktu lama bagi Sukarno untuk bertemu dengan orang-orang yang berpikiran sama. Mereka adalah mahasiswa Belanda yang bekerja di Perhimpunan Indonesia. Seperti Sukarno, mereka sangat ingin berpartisipasi di negara mereka.

Mantan anggota PI yang pertama kali menindak adalah Sudjadi, Iskak Tjokrohadisurjo, dan Budiarto Martoatmojo. Mereka bergerak sebagai perpanjangan tangan Mohammad Hatta untuk mendirikan gerakan politik yang berlandaskan pendidikan dan pembaharuan.

Idealisme 3 Murid Hos Cokroaminoto Halaman 2

“Sejauh ini persiapan partai baru yang tidak berlandaskan Islam atau Komunisme dilakukan dengan dibentuknya PI, bahkan sebagian besar sejalan dengan ide dan rencana Hatta,” tulis John Ingleson dalam The Road to Exile. : Pergerakan Nasional Indonesia 1927-1934 (1988: 32).

Di awal tahun 1927, mereka yakin akan rencana mereka. Maka segera tersiar kabar bahwa Sarekat Raj’jat Nasional Indonesia (SRNI) akan dibentuk. Mereka juga telah membuat rencana untuk mengadakan konvensi untuk secara resmi meluncurkan pendirian mereka pada bulan Juli.

Sukarno dan kawan-kawan yang berkumpul di Algemeene Study Club menyambut hangat program tersebut. Hanya saja, mereka kurang nyaman dengan gaya “mengajar” Hatta yang dinilai terlalu lunak untuk situasi politik aktual di Hindia Belanda. Melihat dirinya sebagai aktivis yang lebih memahami situasi di Hindia Belanda daripada PI yang hanya melihat dari jauh, Sukarno dan kawan-kawan menginginkan adanya gerakan kebangkitan. Namun nyatanya, kedua kelompok sepakat bahwa kelompok baru ini tidak boleh bekerja sama.

Jadi kedua kelompok ini bertemu pada bulan April 1927 untuk membahas dengan hati-hati rencana pembentukan kelompok baru. Rapat pertama di rumah Sukarno dihadiri oleh Iskak, Sunarjo, Budiarto, J. Tilar dan Sujadi. Peserta lain dalam pertemuan ini adalah Dr. Tjipto Mangunkusumo sebagai sesepuh. Kemudian sahabat Sukarno yaitu Anwari dan Mr. Sartono pun ikut bergabung dan menjadi panitia pembentukan kelompok tersebut.

Fakta Menarik Presiden Soekarno Yang Patut Diketahui

“Tidak ada ketua yang memimpin pertemuan mereka.” Mereka membahasnya sebagai teman dekat dalam suasana informal,” tulis John D. Legge in Sukarno: Sebuah Biografi Politik (1996: 110).

Pertengahan Mei lalu, para aktivis radikal memutuskan keluar dari program SRNI. Sebagai orang yang lebih tua dan lebih berpengalaman, Dr. Tjipto kerap mengungkapkan keraguannya terhadap gagasan tersebut. Dia juga mengingatkan bahwa pemerintah kolonial pasti tidak akan segan-segan mengalahkan mereka. Tapi rencana itu disetujui dengan suara bulat dan mereka melanjutkan.

Kemudian tiba waktunya untuk mengumumkan tim baru. Pada tanggal 4 Juli 1927, 92 tahun yang lalu hari ini, sebuah pertemuan penting diadakan di 22 Regentsway,

Tags:

Share:

Related Post

Leave a Comment