Bahasa Kalimantan Dan Artinya – AAA – Dayak Nakaju (Biyaju) adalah suku Dayak yang mendiami daerah aliran sungai Kapuas, Kahayan, Rangan Manuhing, Parido dan Katingan atau bagian selatan Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan dan Kalimantan Barat.
Suku Dayak Nakaju sudah mengenal warna sejak lama, sangat sedikit sekali, namun baru setelah kedatangan orang Tionghoa di Kepulauan Kalimantan pada abad ke-12 dan ke-13 barulah orang Tionghoa mengidentifikasi warna lain satu sama lain melalui kain. mereka menjual. Dahulu para pedagang mewarnai kain ini dengan gesumba yang dijual pedagang Tionghoa kepada suku Dayak dan dibawa kembali untuk mewarnai kainnya.
Bahasa Kalimantan Dan Artinya
Sebelum kedatangan orang Tionghoa di Pulau Kalimantan, suku Dayak hanya mengenal 5 warna yang dikenal dengan 5 Ba yaitu; Pahenda, Pahandang, Pa Hijaw, Babudi, Babilem (dalam bahasa Dayak Nakaju).
Kamus Bahasa Banjar1
Artinya kuning, warna ini dibuat menggunakan henda atau pohon kuning, artinya; Dengan menunjukkan adanya Hadallah (Rabbi), maka kekuatan Hadallah sungguh besar, tidak ada penguasa selain Hadallah; berarti kekayaan (emas); dermawan; kuburan
2. Pahandang Pahandang berwarna merah, dari buah hutan yang berwarna merah, yaitu. Jarenang (Jernang) kemungkinan terbuat dari buah pinang yang dicampur dengan jeruk nipis. Ini mewakili sesuatu yang abadi yang tidak pernah pudar atau berubah warna yang terinspirasi oleh redstone. 3. Tiga Hijaw Bakrin berwarna hijau, warna ini terbuat dari daun sirih yang berarti kesuburan, kesuksesan yang melimpah; tinggal di; Perdamaian dan pembangunan. Terinspirasi oleh warna tanaman di lingkungan. 4. Babudi Babudi terbuat dari tanah liat putih, putih atau putih pudar, yang mengandung arti kesucian; kemurnian; Kesederhanaan. 5. Papylem Papylum atau hitam, terbuat dari arang, artinya roh jahat pun bisa menjadi roh baik; kekuatan kegelapan; berusaha; Itu juga dapat digunakan untuk menghindari bahaya atau bahaya. Biaju adalah bahasa yang termasuk dalam rumpun bahasa Barito Raya (Barito Barat Daya) yang dituturkan oleh suku Ngaju di daerah aliran sungai Kapuas, Kahayan, Katingan dan Mentaiah di provinsi Kalimantan Tengah. Jumlah penutur bahasa ini lebih dari 1.000.000.
Terdapat perbedaan dialek di antara sub-suku Dayak Nakaju, seperti dialek Kahayan Kapuas, Katingan Nakaju, Katingan Nagawa, Pamang, Kahayan, Mantanga, Bulobedak, Seruyan, Mentawai dan Mengatip. Perbedaannya seringkali terletak pada pemilihan kata yang memiliki arti yang sama, namun umumnya lebih mudah dipahami.
Menurut Dzilik Rivat, di antara penutur bahasa ini adalah anak dari 54 suku seperti Arut, Palantikan, Kapuas, Rangan, Manuhing, Katingan, Seruyan, Mentopi, Mendawai, Para-Tia, Para-Neo, Para-Ren, Mengatip, Bukit. Berangus dan Bagumbai. Beberapa suku yang tergabung dalam suku Dayak Ngaju, termasuk 4 suku terakhir, perlu penelitian lebih lanjut. Karena suku ini kemudian digabung oleh banyak peneliti menjadi suku tersendiri dalam suku Bagumba/bahasa Bagumbai.
Pantun Bahasa Banjar
Menurut Abi Jacky Setiawan, 2009: Suku Bagumbai Suku Dayak Nakaju dipengaruhi oleh suku Panjar dalam hal tradisi, agama dan bahasa, sehingga mereka membentuk organisasi mandiri, namun bahasanya dituturkan oleh suku Bagumbai. Dialek Dayak Nakaju berbeda dengan bahasa ibu hanya pada pemilihan kata.
Pada tahun 1858, bahasa ini diadopsi oleh Belanda sebagai bahasa pengantar Injil di Kalimantan bagian selatan, khususnya oleh Genting Protestan. Sampai saat ini masih menjadi bahasa utama jemaat Gereja Injili Kalimantan di Kalimantan Tengah dan Kalimantan Selatan.
Secara umum masyarakat Kalimantan Tengah dapat memahami bahasa ini dan saat ini diajarkan di sekolah umum sebagai bahasa muatan daerah/lokal.
Kemiripan kosakata bahasa Ngaju [nij] dengan bahasa lain adalah Bagumbai [bkr] 75%, Kohin [kkx] 62%, Ot Danum [otd] 50%, Banjar [bjn] 35%.
Kampanye Bulan Bahasa Dan Sastra 2022
Bahasa Dayak Nakaju setidaknya memiliki lima vokal. Berbeda dengan bahasa Indonesia, Dayak Nakaju tidak memiliki vokal pepet /ə/, yaitu e pada kata “empat”. Pada beberapa dialek, terdapat perubahan pada /e/ dan /o/ yang lebih dilafalkan daripada /ɛ/ dan /ɔ/ yang ditunjukkan dalam tanda kurung pada tabel di bawah ini.
Sampai saat ini, setidaknya ada enam jenis diftong dalam abjad terbuka Dayak Nakaju. Namun, dalam suku kata tertutup seperti log (“fish”), kedua vokal tersebut tidak diucapkan sebagai diftong.
Tabel di atas hanya menampilkan konsonan asli dalam bahasa Dayak Nakaju. Selain itu, bahasa Dayak Nakaju tidak mengenal konsonan. Oleh karena itu, semua bentuk konsonan merupakan serapan dari bahasa Indonesia atau bahasa lain.
Ada lima gaya penulisan umum dalam bahasa Dayak Nakaju. Lima pola suku kata tersebut adalah satu vokal (V), satu vokal dan satu konsonan (VK), satu konsonan dan satu konsonan (KV), satu konsonan awal, satu vokal dan satu konsonan akhir (CVK), dan satu konsonan dan dua vokal. (KVV) Bahasa Dayak Nakaju tidak mengenal konsonan dalam sistem penulisan aslinya. Namun, gugus konsonan bisa jadi merupakan hasil pemendekan seluruh bentuk suku kata atau asimilasi kata bahasa Indonesia.
Kamus Bahasa Paser
Struktur kalimat dalam bahasa Dayak Nakaju mirip dengan bahasa Indonesia, yaitu pola S-P-O. Namun, dalam banyak bentuk bahasa lisan atau sehari-hari, struktur kalimat bisa sangat fleksibel di antara pengguna bahasa setelah konten dan konteksnya dipahami. Selain itu, bahasa Dayak Nakaju secara umum menganut prinsip penafsiran, yaitu prinsip dibalik atau dibalik penafsiran dalam semua struktur frase, klausa, dan kalimat.
Ada tiga jenis kata ganti atau pronomina dalam bahasa Dayak Nakaju, yaitu kata ganti orang, kata ganti penunjuk, dan kata ganti tanya.
Kata ganti orang atau personal pronoun dalam bahasa Dayak Nakaju diklasifikasikan menurut partai dan nomor yang dirujuknya. Di bawah ini adalah tabel kata ganti dalam bahasa Dayak Nakaju.
Dalam bahasa Dayak Nakaju, kata ganti orang pertama I mewakili arti dari kata bahasa Indonesia “aku”, “aku”, dan “daku”. Selain itu, kata ganti orang pertama tunggal Ngaju dengan bentuk penghubung -ku atau -ngku dapat diartikan sebagai bentuk penghubung awalan bahasa Indonesia “ku-” dan akhiran “-ku”. Perbedaan antara -ku dan -gu terkait dengan fonem yang melekat padanya. Kata-kata yang diakhiri dengan diftong dan semua konsonan kecuali “n” digabungkan dengan -ku, dan kata-kata yang diakhiri dengan vokal dan konsonan digabungkan dengan “n”. Seperti banyak bahasa Austronesia, kata ganti orang pertama jamak dalam bahasa Dayak Nakaju berbeda-beda bergantung pada pelengkap pembicara dan lawan bicara. Jika pembicara hanya mengacu pada dirinya sendiri (dia dan saya tidak punya teman), digunakan orang pertama jamak ikei (“kami”). Tetapi jika pembicara mengacu pada dirinya sendiri dan orang lain (saya dan kamu), digunakan orang pertama jamak ita (“kami”). Juga, tidak semua jamak orang pertama memiliki bentuk dependen.
Arti How Are You Doing Dan Cara Menjawabnya Dalam Bahasa Inggris
Dalam bahasa Dayak Nakaju, ikau adalah makna orang kedua tunggal dari kata bahasa Indonesia “kamu”, “kamu”, “kamu” dan “kamu”. Seperti kata ganti orang pertama, kata ganti orang kedua -m dan -mu dapat dipahami sebagai awalan bahasa Inggris “kau-” dan akhiran “-mu”.Indonesia. Perbedaan antara -m dan -mu terkait dengan fonem yang melekat padanya. Akhiran -m melekat pada kata yang berakhiran vokal dan konsonan “n”, dan akhiran -mu melekat pada diftong selain “n” atau kata yang berakhiran konsonan. Jamak orang kedua ketun sesuai dengan kata “kamu” dalam bahasa Indonesia. Gelar kehormatan orang kedua sering menggunakan alamat atau gelar dari orang yang disapa, seperti pattar (“ayah”), indu (“ibu”), pahari samandiyai (“saudara laki-laki”).
Dalam bahasa Dayak Nakaju, kata ganti orang ketiga dapat mengungkapkan arti kata bahasa Indonesia “dia”, “dia”, dan “dia”. Seperti halnya kata ganti orang pertama, kata ganti orang ketiga memiliki bentuk penghubung -e yang dapat diartikan sebagai akhiran “-nia” dalam bahasa Indonesia. Kata ganti orang kedua jamak bersesuaian dengan kata “mereka” dalam bahasa Indonesia.
Nomina atau kata benda dalam bahasa Dayak Nakaju adalah golongan kata yang tidak dapat digabungkan dengan diya (“tidak”) dan tidak dapat mendahului kata keterangan kedudukan pembanding seperti lapih (“tambahan”) dan banga (“banyak”). ). ) Dalam bahasa Dayak Nakaju, kata benda dibedakan menjadi kata benda akar dan kata benda turunan.
Nomina jenis ini biasanya terdiri dari dua atau lebih morfem yang digabungkan dengan satu morfem utama. Kata benda turunan ini biasanya berupa morfem bebas yang disalin/diulangi oleh morfem bebas lain dan diasosiasikan dengan morfem seperti kata majemuk atau imbuhan.
Selasa Bahasa: Apa Sih Arti Kata Salting Menurut Kbbi?
Dalam bahasa Dayak Nakaju, konjungsi atau konjungsi berguna untuk membentuk kelas kata benda, seperti dalam bahasa Indonesia. Banyak kata benda dalam bahasa Dayak Nakaju yang diturunkan dari golongan kata lain yang memberikan konjungsi yang membentuk kata benda sehingga menjadi kata benda lengkap. Di bawah ini adalah konjungsi pembentuk kata benda dalam bahasa Dayak Nakaju.
Awalan paN- bekerja seperti gabungan dari ke-an, pe-an, per–an, peng–an dalam bahasa Indonesia. Awalan ini menjadi paNG- bila bertemu fonem /k/ dan /g/, paNY- bila bertemu fonem /s/, paM- bila bertemu fonem /p/ dan /b/. .
Prefiks Ka-, yang berfungsi mirip dengan gabungan ke-an, pe-an, peng-an dan membentuk kata benda dalam bahasa Indonesia. Awalan ini biasanya melekat pada kata sifat.
Akhiran -an merupakan satu-satunya akhiran yang membentuk kata benda dalam bahasa Dayak Nagaju. Fungsi akhiran -an mirip dengan akhiran “-an” dalam bahasa Indonesia.
Contoh Surat Untuk Sahabat Dalam Bahasa Inggris Beserta Artinya
Kata sifat atau kata keterangan adalah kelas kata sintaksis dalam bahasa Dayak Nakaju