Kata Abu Pada Nama Abu Bakar Berarti

admin 2

0 Comment

Link

Kata Abu Pada Nama Abu Bakar Berarti – Ketika Nabi meninggal, banyak yang tidak bisa menerima. Umar bin Khattab, seorang sahabat Nabi yang terkemuka, bahkan menghunus pedangnya dan mengancam akan membunuh siapa saja yang mengatakan bahwa Nabi telah meninggal. Orang-orang panik dan gelisah. Mengapa tidak, tuan, nabi terakhir, pergi selamanya.

Dalam situasi seperti itu, Abu Bakar Al-Shiddiq, seorang sahabat Nabi yang dikenal dengan sifat lemah lembutnya, datang untuk menyelamatkan akidah umat Islam.

Kata Abu Pada Nama Abu Bakar Berarti

“Orang-orang yang menyembah Muhammad tahu bahwa Muhammad sudah mati. Dan barangsiapa menyembah Allah, sesungguhnya Dia Yang Hidup dan tidak akan mati selama-lamanya,” katanya sebagaimana tercatat dalam Abu Bakar Al-Shiddiq: Khalifah Kebenaran (2014) oleh Khalid Muhammad Khalid.

Kisah Islamnya Abu Quhafah, Ayah Abu Bakar Ash Shiddiq

Umat ​​Islam tiba-tiba terbangun. Namun, bukan berarti jalan setelah wafatnya Nabi akan mudah. Abu Bakar yang kemudian menjadi khalifah pertama harus menghadapi persoalan politik yang serius. Dalam pusaran ini pula muncul benih-benih perpecahan yang melahirkan perasaan tak berkesudahan antara Sunni dan Syiah.

Muhammad Husain Haekal dalam Abu Bakar As-Siddiq: Biografi dan Analisis Awal Sejarah Islam Setelah Wafatnya Nabi (2003) menyatakan bahwa ketegangan awal muncul dari perbedaan status umat Islam di Madinah, yaitu Anshar dan Muhajirin.

Kaum Anshar yang merasa telah membantu Nabi dan Muhajirin ketika dibohongi di Makkah, merasa lebih berhak melanjutkan kepemimpinan. Toh, pusat kepemimpinan Islam ada di Madinah, di desanya sendiri.

Mereka segera berkumpul di tempat bernama Saqifah bani Sa’idah yang dipimpin oleh Sa’ad bin Ubadah dari suku Khazraj, meskipun sedang sakit. Ia mengatakan, kepemimpinan Islam setelah Nabi harus diduduki oleh kaum Ansar.

Surah Al Lahab: Ayat, Terjemahan, Keutamaan, Dan Kisahnya

“Pendapat Anda benar sekali dan kami tidak akan menyimpang dari pendapat itu. Kami serahkan ini di tangan Anda. Demi umat Islam, Anda adalah pemimpin kami,” jawab Ansar bersamaan.

Di tempat terpisah, Abu Bakar sebagai mertua Nabi dan seluruh keluarga Nabi berada di sekitar jenazah Nabi. Mereka mempersiapkan pemakaman. Sementara itu, Umar bin Khattab mulai memikirkan suksesi kepemimpinan. Ia segera pergi menemui sahabat Nabi yang lain, Abu Ubaidah bin Jarrah.

“Ulurkan tanganmu [Abu Ubaidah], aku pasti akan memberimu cinta. Kamu adalah orang-orang tepercaya bangsa ini berdasarkan sabda Nabi,” kata Umar.

Abu Ubaidah segera menjawab, “Sejak kamu masuk Islam, kamu tidak pernah jatuh. Maukah kamu bersumpah setia kepadaku, meskipun Abu Bakar masih ada?”

Lebih Dekat Dengan Sunan Abu Dawud

Sementara mereka berdebat, sampailah mereka pada pertemuan kaum Ansar di Saqifah bani Sa’idah. Umar segera mengutus orang untuk menemui Abu Bakar. Mertua Nabi mengatakan dia sibuk. Namun karena desakan Umar, akhirnya ia datang menemui Umar.

BACA JUGA  Bentang Alam Secara Umum Pulau Papua

“Kamu tidak tahu. Ansar sudah berkumpul di Saqifah Bani Sa’idah. Mereka ingin menyerahkan kepemimpinan ini kepada Sa’ad bin Ubadah,” kata Umar.

Mereka segera mendatangi Saqifah Bani Sa’idah. Abu Bakar dengan kelembutan dan pilihan kata-katanya mencoba meyakinkan kaum Ansar bahwa mereka, para Muhajirin, adalah yang pertama masuk Islam. Karena itu, tampuk kepemimpinan alias amir lebih tepat berada di tangan mereka. Sementara kaum Ansar masih terlibat dalam pemerintahan sebagai wazir atau penasehat.

Sebagian besar kaum Ansar terpesona dengan gaya bicaranya dan melunakkan sikapnya. Namun, ada juga yang merasa lebih berhak menjadi pemimpin karena kaum Ansarlah yang membantu Nabi dan kaum Muhajirin.

Kedudukan Abu Bakar Ash Shidiq Ra Di Sisi Rasulullah Saw Dan Islam

Ketegangan berlanjut. Umar bin Khattab sebagai Muhajirin dan al-Hubab bin al-Munzir bin al-Jamuh dari Ansar terlibat perdebatan sengit. Di tengah situasi seperti itu, Abu Ubaidah bin Jarrah hadir sebagai penengah.

“Persaudaraan Ansar! Kalian yang pertama memberi bantuan dan dukungan, jangan dulu yang melakukan perubahan dan reformasi sekarang,” ujarnya.

Setelah itu, Umar bin Khattab, Abu Ubaidah bin Jarrah dan kaum Anshar bersekutu dengan Abu Bakar sebagai khalifah pertama menggantikan kepemimpinan Nabi.

Hasutan Abu Sufyan dan beberapa versi suksesi janji Ali sepeninggal Nabi SAW tentu bukan hal yang mudah, karena akan menentukan nasib umat Islam. Perselisihan yang paling populer tentu saja antara Sunni dan Syiah, yang isu utamanya berpangkal pada penetapan khilafah setelah Nabi. Saking rumitnya, kisah penentuan pemimpin ini memiliki beberapa versi.

Kisah Munarman, Dari Murid Abu Bakar Ba’asyir Hijrah Ke Fpi

Namun sebelum membeberkan versi yang berbeda, kita bahas dulu provokasi Bani Umayyah terhadap Bani Hasyim, suku asli Nabi Muhammad.

Abu Sufyan, mantan pemimpin Quraisy yang masuk Islam setelah penaklukan Mekah, adalah orang yang mendorong anggota Bani Hasyim untuk memilih Abu Bakar yang berasal dari Bani Taim, suku yang kurang menonjol.

“Sungguh, hanya darah yang bisa menghapus kotoran ini. Wahai keluarga Abdu Manaf, mengapa Abu Bakar harus memerintah kalian? Dimana dua orang yang dipermalukan, yang dilemahkan, Ali dan Abbas!” katanya.

Namun, menurut Muhammad Husain Haekal dalam Abu Bakar As-Siddiq: Biografi dan Kajian Awal Sejarah Islam Pasca Wafatnya Nabi (2003), Ali bin Abi Thalib langsung menjawab dengan tegas, “Abu Sufyan, kamu selalu ingin bermusuhan.” kepada Islam dan pemeluknya. Tetapi Anda tidak akan berhasil. Saya pikir Abu Bakar layak mendapatkannya.”

Fikih Mencari Jodoh

Sedangkan menurut entri Salih Suruç dalam Best Stories of Abu Bakar Shiddiq (2015), Abu Sufyan malah menghina Bani Taim dan ingin bersumpah setia kepada Ali bin Abi Thalib.

BACA JUGA  Teknik Memasak Dengan Menggunakan Sedikit Minyak Disebut

“Bagaimana tanggung jawab ini bisa diberikan kepada seseorang yang berasal dari suku kecil Quraisy? Sungguh, aku tidak menyukainya sama sekali. Wahai Abul Hasan, ulurkan tanganmu kepadaku, aku akan bersumpah setia padamu,” kata Abu Sufyan.

Beberapa biografi Abu Bakar Al-Shiddiq yang telah saya ulas, hampir semuanya menjelaskan bahwa Ali bin Abi Thalib menolak hasutan Abu Sufyan dan langsung berbai’at kepada Abu Bakar. Narasi ini mungkin karena Indonesia adalah wilayah yang didominasi oleh Muslim Sunni, sehingga konflik atau perebutan kekuasaan antara Abu Bakar dan Ali kurang menonjol, terlepas dari benar atau tidaknya fakta sejarah tersebut.

Muhammad Husain Haekal menawarkan penjelasan alternatif. Ia membagi beberapa versi proses suksesi Nabi, terutama sikap Ali bin Abi Thalib terhadap Abu Bakar yang dikompromikan oleh Umar bin Khattab, Abu Ubaidah bin Jarrah dan beberapa orang Ansar.

Keteladanan Abu Bakar As Siddiq: Ikhlas Hidup Miskin Demi Islam

Versi pertama yang mengutip dari sumber bernama Ya’qubi menjelaskan bahwa setelah Abu Bakar mengambil sumpah, ada beberapa sahabat yang tidak berbaiat tetapi mendukung Ali bin Abi Thalib, di antaranya: Abbas bin Abdul Mutthalib. (paman Nabi), Fadl bin al-Abbas, Zubair bin Awwam, Khalid bin Sa’id, Miqdad bin Amr, Salman al-Farisi, Abu Zar al-Ghifari, Bara’ bin Azib dan Ubai bin Ka’ab.

“Meskipun ini adalah hak kami, kami tidak ingin itu menjadi bagian dari itu,” kata Abbas bin Abdul Mutthalib kepada para pendukung Abu Bakar, seperti dikutip Ya’qubi. Pernyataan tersebut menyatakan bahwa ahlul bayt atau keluarga Nabi menginginkan kepemimpinan yang sempurna.

Versi lain yang lebih keras, masih menurut Ya’qubi, adalah adanya pertemuan di rumah Fathimah, putri Nabi. Beberapa Ansar dan Muhajirin berkumpul di rumah itu untuk berjanji setia kepada Ali, salah satunya adalah Khalid bin Sa’id yang berkata, “Sesungguhnya tidak ada yang lebih berhak atas kedudukan Muhammad selain kamu.”

Pertemuan itu konon diketahui Umar dan Abu Bakar yang langsung mendatangi rumah Fatimah. Kedatangannya digambarkan dengan sangat dramatis oleh Ya’qubi yang dikutip oleh Muhammad Husain Haekal.

Khalifah Rasulullah Abu Bakr Ash Shiddiq

“Kedua orang ini bersama yang lain datang dan menyerbu rumah. Ketika Ali keluar dengan pedang, yang Umar beri hormat, perkelahian pun terjadi. Pedang Ali patah dan mereka masuk ke dalam rumah,” tulisnya.

Keributan itu dihentikan oleh Fatima yang mengancam akan memperlihatkan rambutnya dan dia akan menangis kepada Allah. Penjajah pergi, tetapi peristiwa seperti ini berlangsung selama beberapa hari, dan satu demi satu pendukung Ali bersumpah setia kepada Abu Bakar.

BACA JUGA  Suatu Larutan Dibuat Dengan Mencampurkan Kl

Ali bin Abi Thalib dikatakan baru bai’at setelah kematian Fathimah atau enam bulan setelah Abu Bakar dikukuhkan sebagai Khalifah. Sumber lain mengklaim bahwa Ali mengambil Bai’at hanya empat puluh hari setelah pelantikan.

Versi lain, sebagaimana diriwayatkan oleh Ibnu Qutaibah dalam al-Imamah was-Siyasah, menyebutkan bahwa setelah Abu Bakar Bai’at di Saqifah Bani Sa’idah, dia dan para pendukungnya mendatangi Ali bin Thalib dan keluarga Nabi untuk memintanya. ambil. setia kepada Abu Bakar.

Nama Bayi Laki Laki Islami Dan Artinya Terlengkap Dari A

“Aku tidak akan membayar kesetiaan, karena dalam hal ini aku lebih berhak darimu. Anda layak mendapatkan lebih banyak rasa hormat saya. Anda telah mengambil kekuasaan itu dari Ansar yang mengklaim bahwa Anda adalah kerabat Nabi dan [sekarang Anda ingin] mengambil Ahlul Bayt dari kami secara paksa,” kata Ali menolak kepemimpinan Abu Bakar.

Abu Ubaidah bin Jarrah berusaha melunakkan sikap Ali, namun dia malah menolak. Oleh karena itu, menurut beberapa versi, penundaan bai’at Ali kepada Abu Bakar selama berbulan-bulan disebabkan oleh penolakan orang-orang umpan untuk menerima kepemimpinan di luar keluarga Nabi.

Selain itu, ada pula versi lain yang sangat populer di kalangan umat Islam Sunni, yakni tidak ada seorang pun Muhajirin dan Anshar yang tertinggal atau tertunda dalam berbai’at kepada Abu Bakar sebagai Khalifah pertama, termasuk Ali bin Abi Thalib.

Gerakan Murtad dan Nabi Palsu Setelah melintasi duri politik di antara para sahabat Nabi, Abu Bakar maju lebih jauh. Ia mulai menghadapi perubahan-perubahan yang terjadi di kalangan umat Islam pada umumnya pasca wafatnya Nabi SAW, salah satunya adalah rencana gelombang pemurtadan umat Islam di Mekkah. Namun, setelah dibujuk oleh sejumlah sahabat, sebagian dari mereka akhirnya menerima Abu Bakar dan tetap memeluk Islam.

Thariqah Qadiriyah: Nasab Dan Sanad Keilmuan Syekh Abdul Qodir Al Jilani

Beberapa masih meninggalkan Islam dan mulai berperang. Mulanya mereka meninggalkan kewajiban zakat yang mereka anggap sebagai beban yang dibebankan oleh pemerintah Madinah.

Sikapnya ditanggapi kasar oleh Abu Bakar. Dalam 150 Kisah Abu Bakar Al-Shiddiq (2016) karya Ahmad ‘Abdul’ Al-Thanthawi, Khalifah pertama mengatakan:

“Demi Allah, saya akan memerangi orang-orang yang membedakan antara kewajiban shalat dan zakat […] Demi Allah, jika mereka memegang tali yang digunakan untuk memberi kepada Nabi, saya akan memerangi mereka. .”

Selain gerakan murtad di beberapa tempat, ada juga nabi palsu yang membakar beberapa daerah di bawah kekuasaan Islam dengan api pemberontakan.

Apa Makna Sunnah Dalam Istilah Ahlussunnah Wal Jamaah? Ini Penjelasannya

Setelah dua tahun memimpin umat Islam dalam keadaan sulit

Tags:

Share:

Related Post

Leave a Comment