Makanan Cepat Saji Merupakan Pengaruh Globalisasi Dalam Bidang – Perdagangan antar negara berkontribusi terhadap perubahan pola pangan. Masyarakat Tionghoa masa kini gemar menyantap makanan cepat saji. Selain itu, penduduk AS kini lebih menyukai makanan China. Di Indonesia, konsumsi beras per kapita mengalami penurunan sebesar 4,7% (dari tahun 2007 hingga 2014).
Perubahan nafsu makan, makanan pokok, apa yang dimakan merupakan hal yang biasa terjadi. Dunia telah melalui segalanya. Misalnya saja Tiongkok. Semua orang tahu kalau negeri tirai bambu ini merupakan salah satu raksasa kuliner dunia. Sementara negara-negara Barat mengonsumsi daging, para koki top Tiongkok menciptakan hidangan dengan teknik yang rumit, seperti la mian (daun bawang yang ditarik) hingga tiu cheung yang gemuk, hidangan super yang terdiri dari tiga puluh bahan. .
Makanan Cepat Saji Merupakan Pengaruh Globalisasi Dalam Bidang
Dengan sejarah bisnis kuliner yang panjang dan cemerlang, tidak ada yang percaya bahwa makanan cepat saji dapat diterima dengan mudah dan baik di sana. Wajar jika orang-orang dari negara dengan sejarah kuliner yang panjang cenderung bangga dengan masakannya. Dan mereka mencemooh makanan dari daerah lain yang dianggap inferior. termasuk makanan cepat saji. Dari segi teknik dan bahan, tidak ada yang istimewa dari makanannya. Bahkan di negara asalnya Amerika Serikat, makanan cepat saji mempunyai label yang merendahkan:
Kelompok 2 1a Makalah Pk
Namun ternyata di China mereka merayakan makanan ini. Anak muda makan hamburger sambil bersenang-senang. Tidak mengherankan, menurut studi Departemen Pertanian Amerika Serikat (USDA), pertumbuhan penjualan makanan cepat saji di Tiongkok meningkat dua kali lipat antara tahun 1999 dan 2005. Dari $16 miliar pada tahun 1999 menjadi $91 miliar pada tahun 2005.
Perubahan ini tidak hanya terjadi di Tiongkok. Di Amerika juga. Globalisasi telah memungkinkan banyak budaya masuk ke tanah air, termasuk makanan. Imigran Tiongkok diyakini membanjiri AS pada abad ke-19. Pada masa itu, ada masa yang disebut “Golden Rush” yang artinya pencarian emas secara besar-besaran. Pekerja Tionghoa datang menjadi penambang, pedagang atau petani. pada tahun 1882 terdapat undang-undang bernama Chinese Exclusion Act yang melarang pekerja Tiongkok memasuki AS, aturan ini baru dicabut pada tahun 1943.
Sejak itu, imigran Tiongkok telah kembali ke AS. Tentu saja mereka juga mengelola restoran. Makanan mereka dicintai di seluruh dunia. Banyak sekali film yang memperlihatkan makanan Cina dimakan oleh orang Barat saat bekerja atau menonton TV. Makanan Cina disukai karena kekayaannya. enak tapi murah.
Faktanya, menurut sejarawan makanan Emmeline Rudd, orang Amerika baru mencicipi masakan asli Tiongkok pada tahun 1960-an. Dahulu, masakan Cina hanya dikenal dari wilayah Kanton yang merupakan salah satu dari delapan daerah utama masakan Cina. Baru pada tahun 1960-an mereka bisa menyantap makanan dari daerah lain di Tiongkok, seperti Sichuan, Hunan, Shanghai, atau Taipei.
Pengaruh Kebudayaan Barat Di Indonesia
Tentu saja, untuk “menyelesaikan” suatu negara melalui bahasa, diperlukan adaptasi. Mulai dari rasa, teknik memasak, hingga penambahan atau pengurangan bahan. Di Amerika, makanan Cina lebih manis dibandingkan gurih dan asin. Mereka juga menyajikan banyak daging di tulangnya.
), bukannya melompat. Termasuk juga beberapa jenis sayuran yang belum tersedia di China, seperti brokoli karena merupakan salah satu sayuran favorit warga AS.
Karena penyesuaian rasa inilah makanan Cina mampu menjajah Amerika. Saat ini, menurut Chinese Restaurant Association of America, terdapat sekitar 45.000 restoran Cina di Negeri Paman Sam. Jumlah tersebut antara lain McD, KFC, Pizza Hut, Taco Bells, dan Wendy’s. didirikan di AS.
Dan sekarang di AS, tidak hanya masakan Cina yang menang, tapi masakan Meksiko, Italia, Yunani, Thailand, Vietnam, dan India. Perusahaan riset makanan Technomic pernah mempublikasikan hasil survei yang menyebutkan bahwa 34 persen orang Amerika lebih banyak. tertarik dengan masakan asing Ini lebih baik dari tahun lalu. Dapat diasumsikan bahwa mayoritas petualang rekreasional berasal dari generasi milenial yang berusia antara 25 dan 34 tahun.
Sosiologi Online Activity
Perubahan Pola Makan di Indonesia Kita semua tahu bahwa masyarakat Indonesia merupakan salah satu pemakan nasi terbesar di dunia. Menurut Statista, konsumsi beras india mencapai 38 juta ton pada tahun 2015. Lebih rendah dibandingkan Tiongkok yang mencapai 146 juta metrik ton, dan India yang mencapai 98 juta ton.
Namun tampaknya konsumsi beras mulai menurun di kawasan Asia. Hal tersebut disampaikan oleh tiga peneliti dari University of Tottori yaitu Ben Abdallah, Shuichi Ito dan Calli Adhana. Studi mereka yang diterbitkan pada tahun 2004 berjudul “Memperkirakan Konsumsi Beras di Asia dan Dunia hingga 2050”. Dalam penelitian ini terdapat beberapa temuan menarik.
Produksi dan ekspor beras semakin meningkat di kawasan Asia. Namun konsumsi rumah tangga mengalami penurunan. Ada banyak penjelasan mengenai hal ini. Secara khusus, konsumsi nasi meningkat di banyak negara yang sebelumnya tidak mengonsumsi nasi. Penjelasan lainnya adalah pertumbuhan kelas menengah atas di banyak negara maju, seperti Jepang, Taiwan, dan Korea Selatan. Kemudian mereka makan makanan selain nasi, termasuk roti atau buah-buahan dan sayur-sayuran.
Mereka menulis: “Seiring dengan meningkatnya pendapatan masyarakat, konsumsi beras per kapita diperkirakan akan menurun karena adanya substitusi beras dengan makanan berkualitas lainnya yang lebih banyak mengandung protein dan vitamin.”
Kumpulan Soal Pilihan Ganda Dan Essay Materi Geografi Kelas Pendidikan Geografi C 2020
“Misalnya sayuran, roti, ikan, dan daging. Jepang, Taiwan, dan Korea Selatan sudah mengalami perubahan konsumsi ini, dan negara-negara Asia lainnya akan mengalami perubahan ini dalam hal pertumbuhan ekonomi.”
Dari 20 negara Asia yang disurvei pada waktu berbeda, hanya 6 yang tidak mengurangi konsumsi beras. Termasuk Vietnam, Nepal, Filipina, Afghanistan, Brunei, dan Korea Utara. Penurunan konsumsi terbesar terjadi di negara-negara maju di Asia seperti Jepang (2000 hingga 2003 -1,38 persen), Korea Selatan (2001-2003 -1,69 persen) dan Singapura (2001-2003 -1,69 persen). ,09 persen. ).
Konsumsi beras Indonesia juga mengalami penurunan sebesar 0,2 persen. Apakah ini berarti ada perubahan konsumsi di Indonesia? Selain itu, hampir sesuai dengan data yang dipublikasikan Badan Pusat Statistik. Menurut BPS, konsumsi beras di Indonesia semakin menurun. Pada tahun 2007, konsumsi per orang per minggu adalah 1,7 kilogram. Pada tahun 2014 turun menjadi 1,62 kg atau 4,7 persen. Sekilas tidak masalah. Namun, hal ini bisa menjadi tanda awal perubahan kebiasaan makan di Indonesia.
Sebab menurut riset Euromonitor, pertumbuhan pasar roti Indonesia pada 2010-2015 rata-rata sebesar 13,3 persen. Konsumsi roti Indonesia pada tahun 2015 sebesar 2,3 kilogram per kapita. Jumlah ini meningkat 6,23 persen dibandingkan tahun lalu. Makan roti juga semakin mudah dengan menjamurnya pasar-pasar kecil di seluruh Indonesia.
Tema & Tokoh: November 2018
Ada penjelasan lain mengapa konsumsi nasi berangsur-angsur berkurang. Menurut sebuah penelitian yang dilakukan oleh sebuah kelompok dari Universitas Tottori, semakin tinggi pendapatan, semakin banyak orang memiliki lebih banyak pilihan untuk mengonsumsi makanan, dan mereka lebih memilih makanan yang memiliki lebih banyak protein dan vitamin. Banyak juga yang mulai mengurangi karbohidrat. Di kota-kota besar, banyak orang yang menjalani pola makan tanpa nasi. Karbohidratnya diganti dengan ubi, jagung atau singkong. Ada yang makan daging, sayur-sayuran, buah-buahan, kecuali nasi.
Dampak jangka panjang dari pengurangan konsumsi beras akan sangat besar. khususnya para petani. Dengan mengurangi konsumsi beras, sedangkan produksinya tetap atau bahkan meningkat, berarti pasokan beras melebihi permintaan. Harga beras akan turun. Importir boleh tertawa karena harganya murah. Para petani semakin pusing karena harga beras tidak sebanding dengan biaya produksi.
Di sisi lain, pengurangan konsumsi nasi merupakan kabar baik bagi upaya diabetes. Tentunya dengan syarat: makanan penggantinya harus lebih sehat, donat atau keripik kentang selalu menggiurkan. Namun konsumsi makanan jenis ini secara berlebihan berdampak buruk bagi kesehatan kita. Makanan cepat saji biasanya tinggi kalori, lemak, garam dan gula, namun rendah nutrisi yang dibutuhkan tubuh. Mengonsumsi makanan jenis ini setiap hari tidak dianjurkan. Namun karena alasan kepraktisan, cepat, enak dan mengenyangkan, akhirnya banyak yang menyukainya.
Kita tahu pasti bahwa hubungan antara makanan cepat saji dan kesehatan sangatlah erat. Ada banyak jenis makanan cepat saji
Banyak Disukai Karena Praktis, Ketahui 3 Dampak Negatif Makanan Cepat Saji
Ajak kita untuk mencobanya, orang dewasa, remaja dan anak-anak pun pasti pernah mencobanya. Dalam konteks ini, kuat anggapan bahwa remaja banyak mengonsumsi makanan cepat saji
Remaja adalah mereka yang berumur 10 sampai 19 tahun. Menurut Peraturan No. 25 Kementerian Kesehatan Republik Tajikistan tahun 2014, remaja berusia antara 10 dan 18 tahun. Pubertas dimulai pada usia 12 tahun dan berakhir pada usia 17-18 tahun. Remaja mempunyai kebutuhan gizi khusus. persyaratan untuk kelompok umur lainnya. Hal ini disebabkan karena pada masa remaja terjadi pertumbuhan pesat dan perubahan maturasi fisiologis yang berhubungan dengan masa pubertas.
Remaja mempunyai kebutuhan gizi yang berbeda-beda, baik secara biologis maupun psikologis. Secara biologis, kebutuhan gizi remaja harus seimbang dengan aktivitasnya. Remaja pria membutuhkan lebih banyak protein, vitamin, dan mineral dari setiap asupan energi dibandingkan wanita. Jika dilihat dari sudut pandang psikologis, remaja tidak mempertimbangkan faktor kesehatan dalam pilihannya. Namun remaja lebih memperhatikan faktor lain seperti orang-orang disekitarnya, budaya hedonis, dan lingkungan sosial yang lebih mempengaruhinya.
Kebutuhan gizi remaja harus diperhatikan. Hal ini disebabkan karena kebutuhan pangan remaja semakin meningkat seiring dengan meningkatnya pertumbuhan dan perkembangan. Selain itu, perubahan gaya hidup dan kebiasaan makan juga mempengaruhi asupan makanan remaja. Kelompok remaja disibukkan dengan banyak aktivitas fisik. Oleh karena itu, kebutuhan kalori, protein dan zat gizi mikro pada remaja perlu diperhatikan.
Pengaruh Globalisasi Terhadap Pertumbuhan Konsumsi Masyarakat Indonesia
Pangan merupakan kebutuhan pokok untuk tumbuh kembang, bahkan bagi remaja. Apabila remaja tidak mengonsumsi makanan yang cukup baik kuantitas maupun kualitasnya maka akan menyebabkan terganggunya proses metabolisme tubuh sehingga dapat menimbulkan risiko penyakit. Selain itu, jika remaja terlalu banyak mengonsumsi makanan tanpa aktivitas fisik yang cukup, maka remaja rentan terkena penyakit fisik seperti:
Pengaruh globalisasi dalam bidang ekonomi, globalisasi dalam bidang politik, pengaruh globalisasi dalam bidang pendidikan, pengaruh globalisasi di bidang ekonomi, pengaruh globalisasi dalam dunia pendidikan, pengaruh globalisasi di bidang makanan, pengaruh globalisasi dalam bidang sosial budaya, pengaruh globalisasi di bidang sosial budaya, pengaruh globalisasi di bidang pendidikan, pengaruh globalisasi dalam kehidupan, pengaruh globalisasi di bidang pakaian, pengaruh globalisasi bidang ekonomi