Keluarga Besar Maha Rsi Atri Yang Menerima Wahyu Sebanyak

administrator

0 Comment

Link

Keluarga Besar Maha Rsi Atri Yang Menerima Wahyu Sebanyak – SAPTA RSI Maha Rsi yang paling populer dan memiliki keutamaan yang besar dalam menyusun dan menyunting Veda adalah Maha Rsi Wyasa atau Kresna Dwaipayana Wyasa Wamadewa 4. Maha Rsi Artinya 5. Maha Rsi Baradwaja 6. Maha Rsi Wasista 7. Maha Rsi Kanwa Dan ada 23 Rsi lainnya, yang mendapat wahyu dari Tuhan yang disebut “Nawawimsatikrtyasca Vedavyastha Maharsibhih”, yaitu : 1. Maha Rsi Daksa 2. Maha Rsi Usana 3 .Maha Rsi Swayambhu 4.Maha Rsi Wrhaspati 5.Maha Rsi. Mr.6 Maha Rsi Indra 8. Maha Rsi Wasista 9. Maha Rsi Saraswata 10. Maha Rsi Tridhatu 11. Maha Rsi Tridrta 12. Maha Rsi Sandhyaya 13. Maha Rsi Akasa 14. Maha Rsi Dharma 15. Maha Rsi. Maha Rsi Krtyaya 18. Maha Rsi Ranajaya 19. Maha Rsi Bharadwaja 20. Maha Rsi Gotama 21. Maha Rsi Uttama 22. Maha Rsi Parasara 23 .Maha Rsi Wyasa Dan maha Rsi yang membantu dan mendampingi Rsi Wyasa yaitu : in’ dan comp

1. Maha Rsi Paila atau Maha Rsi Puhala Penyusun kitab suci Reg Veda Samhita 2. Maha Rsi Waisampayana Penyusun kitab suci Yajur Veda Samhita 3. Maha Rsi Jaimini Penyusun kitab suci Sama Veda Samhita 4. Penyusun Maha Rsi Sumantu kitab suci Atharwa Veda Samhita

Keluarga Besar Maha Rsi Atri Yang Menerima Wahyu Sebanyak

Demikianlah informasi yang dapat disampaikan tentang Rsi Rsi yang merupakan penerima wahyu ilahi yang menyusun Weda. Semoga ini bisa bermanfaat bagi kita semua. Weda (Sansekerta: वेद; Vid, “sains”) adalah kitab suci agama Hindu. Veda adalah kumpulan literatur kuno dari zaman India kuno yang banyak dan luas. Dalam ajaran Hindu, Weda termasuk dalam golongan Sruti (harfiahnya “yang didengar”), karena umat Hindu percaya bahwa isi Veda merupakan kumpulan wahyu dari Brahman (Tuhan). Veda dianggap sebagai sastra tertua dalam peradaban manusia yang masih ada sampai sekarang. Pada masa-masa awal wahyu, Weda disampaikan/diajarkan melalui sistem lisan – pengajaran melalui mulut, yang pada saat itu belum ditemukan dari tulisan – dari guru ke murid. Setelah tulisan ditemukan, para Rishi menerjemahkan ajaran Weda ke dalam bentuk tulisan.[1] Veda bersifat apaurushya karena berasal dari wahyu, tidak disusun oleh manusia dan bersifat abadi.[2] Maharesi Byasa, menyusun ulang Weda dan membagi Veda menjadi empat bagian utama yaitu: Regveda, Yajurweda, Samawada dan Atharwaweda. Semuanya disusun pada awal Kaliyuga.

Agama Hindu 7

Secara etimologis, kata Veda berasal dari kata Sansekerta vid, yang berarti “mengetahui”, dalam rumpun bahasa Indo-Eropa berakar dari kata weid, yang berarti “melihat” atau “mengetahui”. [3] ] weid juga merupakan kata benda untuk wit dalam bahasa Inggris, seperti vision dalam bahasa Latin.

BACA JUGA  Ni Hao Ma

Upaveda merupakan turunan dari Veda, yaitu pembagian ilmu yang lebih spesifik dalam penerapan kehidupan. Upaweda dibagi menjadi beberapa perusahaan besar, antara lain:

Ayurveda dan Dhanurveda memiliki beberapa kesamaan dalam praktiknya. Keduanya bekerja dengan memanfaatkan energi Marma, prana yang mengalir ke seluruh tubuh. Ayurveda bekerja untuk merawat tubuh fisik, sedangkan Dhanurveda menggunakan energi prana untuk melindungi tubuh. Konsep ini juga dikenal dalam sains di China, dalam akupunktur dan seni bela diri.

Berbagai disiplin ilmu seperti Jyotisha (Astrologi), Tantra, Shiksha dan Vyakara (Tata Bahasa) juga didasarkan pada Weda.

Pengertian Dan Bagian Bagian Catur Purusartha Dalam Agama Hindu

Veda mengandung konsep penciptaan yang primitif dan lugas. Salah satu konsep penciptaan disampaikan melalui contoh tumbuh-tumbuhan. Dalam Weda, tahap-tahap penciptaan tanaman disebut jaring Indra. Jaring ini berupa cahaya tak terbatas yang menjadi benang kehidupan yang terus terhubung. Kehadirannya seperti gelombang cahaya yang bisa menghilang dan muncul kembali. Jalinan benang kehidupan ini menjadi lebih stabil dari waktu ke waktu, menghasilkan cahaya yang mengalir. Aliran cahaya ini kemudian membentuk sinar.[4]

Banyak analis Hindu berpendapat bahwa Hinduisme mencakup unsur-unsur dari semua agama kontemporer, [5] dan bahwa banyak kitab suci, termasuk Purana Weda Hindu, mengandung unsur-unsur Buddha, Jainisme, dan Sikhisme, dan banyak dari Yunani dan Zoroastrianisme mengadopsi unsur-unsur agama tersebut. . seperti Avesta. Ahura ke Asura, Deyab ke Deva, Ahura ke Mazda untuk monoteisme, Varuna, Wisnu dan Garuda, Agni Puja, Rumah Soma disebut Som, Surga ke Sudha, Dari Yasna ke Yojna atau Bhajan, dari Nariyasangha ke Narasangsa (yang disebut banyak ramalan kenabian Islam Muhammad), dari Indra sampai Indra, dari Gandareva sampai Gandharva, Vajra, Vayu, Mantra, Yam, Ahuti, Humata sampai Sumati, dll.[6][7]

Wahyu-wahyu yang diberikan kepada Hyang Widhi oleh para Resi dikumpulkan atau disusun dalam sebuah kitab suci. Kitab suci yang diyakini sebagai wahyu yang diberikan oleh Hyang Widhi disebut Veda. Kata-kata Veda dapat dipelajari dengan dua cara, berdasarkan etimologi (akar kata) dan berdasarkan semantik (makna). Sains sebagai wahyu yang bersumber pada agama Hindu, secara etimologis berasal dari bahasa Sanskerta, dari akar kata “Wid” yang berarti mengetahui atau pengetahuan. Dari kata Weda yang ditulis dengan huruf A (panjang) berarti pengetahuan tentang kebenaran yang hakiki atau kata-kata yang diucapkan dengan aturan-aturan tertentu, yang dijadikan sumber ajaran agama Hindu. Secara semantik Veda berarti kitab suci yang mengandung kebenaran abadi, ajaran suci atau kitab suci bagi umat Hindu. Maharsi Sanaya mengatakan bahwa Veda adalah wahyu Tuhan Yang Maha Esa yang mengandung ajaran mulia untuk kesempurnaan umat manusia dan untuk mencegah mereka dari perbuatan jahat.

BACA JUGA  Tangga Nada Diatonis Minor Memiliki Ciri

Veda adalah ilmu suci yang paling sempurna yang berasal dari Sang Hyang Widhi yang didengar oleh Maha Rsi melalui pawisik (wahyu) sehingga veda disebut Sruti yang berarti kata suci atau pawisik yang didengarkan sehingga veda kebanyakan adalah lagu-lagu Hyang Widhi, yang di dalam bentuk puisi, dalam Weda disebut Chandra. Orang yang hidup dan mempraktekkan Veda mendapatkan istirahat atau kedamaian jiwa dan raga. Winternitz menyatakan dalam History of Indian Literature, Volume I (1927) bahwa kitab suci Veda adalah monumen dan sastra tertua di dunia. Dia menyatakan bahwa jika kita ingin memahami asal mula budaya kita yang paling awal, kita harus melihat Rgveda sebagai literatur tertua yang ada. Apa pun pendapat kami tentang sastra, dapat dikatakan bahwa Veda adalah sastra Timur tertua dan bersamanya monumen sastra tertua di dunia. Demikian pula, Bloomfield menyatakan dalam bukunya The Religion of the Veda (1908) bahwa Rg Veda bukan hanya monumen tertua, tetapi juga dokumen tertua di Timur.

Weda Sebagai Sumber Ajaran Agama Hindu

Sebagai wahyu dari Tuhan Yang Maha Esa, muncul pertanyaan tentang bahasa apa yang digunakan saat wahyu diturunkan dan hal yang sama juga terjadi saat Weda ditulis. Kita dapat melihat kenyataan bahwa setiap agama memiliki bahasa wahyunya masing-masing, biasanya bahasa kitab sucinya adalah bahasa yang digunakan untuk menerima atau menurunkan wahyu. Sebaliknya, yang terjadi pada agama Hindu, kitab Veda menggunakan bahasa Sanskerta karena Maha Rsi penerima wahyu Veda menggunakan bahasa Sanskerta. Sampai sekarang bahasa Sanskerta juga digunakan dalam penulisan sastra Hindu.

Istilah Sansekerta merupakan bahasa yang dipopulerkan oleh seorang Maharsi bernama Panini yang hidup pada abad ke-6 SM. Pada saat itu, Maharsi Panini mencoba menulis buku Vyakarana (tata bahasa), yang kemudian dikenal dengan nama Astadhayayi, yang terdiri dari delapan adhyaya atau bab yang berusaha menyatakan bahwa bahasa yang digunakan dalam Weda adalah bahasa para dewa. Bahasa para dewa ini dikenal dengan sebutan “Daivivak” yang berarti bahasa atau “firman para dewa”.

Kemudian di bawah jasa Maharsi Patanjali, yang menulis buku “Bahasa” dan itu adalah buku kritik yang menjelaskan buku Maharsi Panini yang ditulis pada abad ke-2 SM, nama Daivivak diturunkan kepada Anda bukan disebut bahasa. digunakan dalam menulis karya sastra seperti .Itihasa (Sejarah), Purana (cerita kuno/mitologi). Penulis yang muncul setelah Maharsi Panini adalah Maharsi Katyayana. Katyayana hidup pada abad ke-5 SM. Katyayana juga dikenal dengan nama Vararuci, dan di Indonesia salah satu karya Maharsi Vararuci yaitu Sarasamuccaya diterjemahkan ke dalam bahasa Jawa Kuno pada masa Kerajaan Majapahit.

BACA JUGA  Geguritan Mujudake Tuladhane Tembung

Dengan perkembangannya yang pesat setelah turunnya Weda, para sarjana Sanskerta kemudian membedakan bahasa Veda menjadi tiga kelompok, yaitu:

Warta Unusa Edisi 3 By Unusa

1) Sanskerta Weda (Vedic Sanskrit), khususnya bahasa Sanskerta yang digunakan dalam Weda, yang umumnya jauh lebih tua dari bahasa Sanskerta yang digunakan dalam berbagai literatur Hindu seperti Itihasa, Purana, Dharmasastra, dll.

2) Bahasa Sansekerta Klasik (Classical Sanskrit), yaitu bahasa Sanskerta yang digunakan dalam karya sastra (sastra Hindu) seperti itihasa (Ramayana dan Mahabharata), Purana (18 Mahapurana dan 18 Upa Purana), Smrtis (Kitab Dharmasastra), kitab-kitab agama ( Tantra) dan Darsana, yang berkembang setelah Weda.

3) Bahasa Sanskerta Campuran (Hybrida Sansekerta) dan di Indonesia para ahli menyebutnya bahasa Sansekerta kepulauan (Archipel Sanskrit). Baik bahasa Sansekerta Campuran maupun bahasa Sanskerta Kecil tidak menggunakan kosakata atau tata bahasa Sansekerta murni seperti dua kelompok sebelumnya (Sanskerta Weda dan Sanskerta Klasik). Contoh bahasa Sanskerta campuran dapat kita temukan di India, terutama di kalangan masyarakat yang tidak menggunakan bahasa Sanskerta (sekarang Hindi), seperti di India Timur atau Selatan, sedangkan di Indonesia kita dapat melihat Sruti, Stava atau Puja yang digunakan oleh para pendeta di Bali.

“Seseorang yang mengucapkan mantra (Veda) tidak memahami arti mantra dalam Veda, sehingga ia tidak mendapatkan pencerahan spiritual. Seperti kayu bakar yang dituangkan ke dalam minyak tanah, ia tidak akan pernah terbakar kecuali ada api. Oleh karena itu, orang yang hanya melafalkan (membaca), tidak mengetahui arti atau makna mantra (Veda), tidak mendapat cahaya pengetahuan yang benar.”

Pura Penataran Luhur Medang Kamulan

Orang Hindu percaya bahwa Weda tidak memiliki awal atau akhir dalam hal waktu. Ini menunjukkan bahwa tidak ada sesuatu pun sebelum atau lebih awal dari Weda. Sains berarti bahwa ia ada sebelum konsep waktu ada. Dalam hal ini, Veda ada pada saat Brahman ada, yaitu sebelum alam semesta diciptakan. Brhadaranyaka Upanishad menyatakan:

“Sa yathardraidhagner abhyahitat prtag viniscaranti, evam va are symahato bhuttasya nihsvasitam eta diad rgvedo yayur Wedah samavedo ‘tharvangirasa itihasah puran avidya upanisadah slokah

Nabi adam menerima suhuf sebanyak, nabi yang menerima wahyu, nabi menerima wahyu pertama, rasulullah menerima wahyu pertama, nabi idris menerima suhuf sebanyak, cara nabi menerima wahyu, nabi musa menerima suhuf sebanyak, nabi isa menerima wahyu, sapta rsi penerima wahyu, nabi ibrahim menerima suhuf sebanyak, cara rasulullah menerima wahyu, tempat nabi musa menerima wahyu

Tags:

Share:

Related Post

Leave a Comment