Peta Wilayah Nusantara Pada Abad Ke 10 Sampai 15 Masehi

admin 2

0 Comment

Link

Peta Wilayah Nusantara Pada Abad Ke 10 Sampai 15 Masehi – Untuk informasi lebih lanjut, lihat Kebijakan Perlindungan dan Log Perlindungan. Jika Anda tidak dapat mengedit artikel ini dan ingin melakukannya, Anda dapat meminta koreksi, mendiskusikan perubahan yang ingin Anda lakukan di halaman pembicaraan, meminta penghapusan perlindungan, masuk, atau membuat akun.

Nama “Indonesia” berasal dari serangkaian catatan sejarah pada pertengahan abad ke-19. Catatan awal menyebut pulau-pulau antara Indochina dan Australia dengan berbagai nama, sedangkan kronik Tiongkok menyebut wilayah tersebut sebagai Nan-hai (“Pulau di Laut Selatan”). Berbagai catatan kuno India menyebut kepulauan ini sebagai Dwipantara (“pulau lain”), sebuah nama yang berasal dari kata Sansekerta dwipa (pulau) dan antar (di luar, di luar). Ramayana karya penyair Valmiki menceritakan tentang pencarian Suvarnadweep (“pulau emas”, yang sekarang diyakini sebagai pulau Sumatera) untuk Cinta, istri Rama, yang diculik oleh Rahwana. Kepulauan Dwipantara. Nama “india” berasal dari dua kata Yunani, Sindhu (Ἰνδός) yang berarti “India” dan Nesos (νῆσος) yang berarti pulau/kepulauan, sehingga “Indonesia” berarti “Kepulauan Hindia”.

Peta Wilayah Nusantara Pada Abad Ke 10 Sampai 15 Masehi

Daerah yang sekarang dikenal sebagai Indonesia disebut sebagai “Hindia Timur” pada peta tahun 1855 ini.

Jejak Jejak Perdagangan Di Das Musi Pada Masa Sriwijaya

Orang Arab menyebut wilayah pulau itu Jaza’ir al-Jawi (Kepulauan Jawa). Nama latin kemenyan, benzo, berasal dari nama arab luban jawi (“dupa jawa”), karena para pedagang arab memperoleh dupa dari batang pohon styrax sumatera yang hanya tumbuh di sumatera. Bahkan saat ini jemaah haji kita disebut “Jawa” oleh orang Arab, termasuk orang Indonesia di luar Pulau Jawa. Dalam bahasa Arab, nama Samatra (Sumatra), Sholibis (Sula) dan Sunda (Sunda) dikenal juga dengan sebutan Kullu Jawi (“semuanya orang Jawa”).

Negara-negara Eropa pertama mengira bahwa Asia hanya terdiri dari Arab, Persia, India, dan Cina. Bagi mereka, India adalah wilayah besar antara Persia dan Cina. Semenanjung Asia Selatan dan Tenggara disebut “Hindia Depan” dan pulau-pulau ini diberi nama Kepulauan Hindia (Indiche Archipelago, Indian Archipelago, El Archipelago Indian) atau Hindia Timur (Ost Indie, East). India, Indes Orientales). Nama lain yang digunakan kemudian adalah “Kepulauan Melayu” (Maleische Archipelago, Malay Archipelago, l’Archipel Malais). Satuan politik di bawah jajahan Belanda secara resmi disebut Nederlandsche-Indie (Hindia Belanda). Pemerintahan pendudukan Jepang pada tahun 1942-1945 menggunakan istilah To-Indo (India Timur) untuk menyebut wilayah taklukannya di nusantara.

Edward Doves Decker (1820–1887), yang dikenal dengan nama samaran Multatuli, pernah menggunakan nama khusus untuk kepulauan Indonesia, yaitu “Insulines” dan “Indian Islands” (“Insula” adalah bahasa Latin untuk pulau). Pada awal abad ke-20, nama “Insulinde” menjadi kurang populer, meskipun merupakan nama surat kabar dan organisasi gerakan.

BACA JUGA  Gambar Alat Musik Aerofon

Pada tahun 1847, jurnal ilmiah tahunan Journal of the Indian Archipelago and East Asia (JIAEA, BI: “Journal of the Indian Archipelago and East Asia”) diterbitkan di Singapura, diedit oleh orang Skotlandia James Richardson Logan (1819–1869). . Gelar Sarjana Hukum dari Universitas Edinburgh. Kemudian pada tahun 1849, seorang antropolog Inggris bernama George Samuel Windsor Earl (1813-1865) menjadi editor jurnal JIAEA.

Perdagangan Global Di Abad Ke 13

Pada tahun 1850, Earle menulis artikel (“Tentang Ciri-ciri Utama Bangsa Papua, Australia, dan Malayo-Polinesia”) di JIAEA, Volume IV, halaman 66-74. Dalam artikelnya, Earl mengemukakan bahwa sudah waktunya untuk memberikan nama tersendiri bagi masyarakat Kepulauan Hindia atau Kepulauan Melayu, karena nama India tidak tepat dan sering tertukar dengan istilah India lainnya. Earl menyarankan dua nama: Indo atau Melayu (“Nesos” berarti “pulau” dalam bahasa Yunani). Pada halaman 71 artikel tersebut tertulis (diterjemahkan dari bahasa Inggris ke bahasa Indonesia):

Earl sendiri menyatakan bahwa ia memilih nama Malaysia (Kepulauan Malaysia) dibandingkan Sindhu (Kepulauan India) karena Malawi lebih cocok untuk ras Melayu, dan Sindhu juga bisa digunakan untuk Ceylon (saat itu Sri Lanka) dan Maladewa. Kepulauan (nama asing Maladewa). Earl juga percaya bahwa bahasa Melayu digunakan di seluruh nusantara. Dalam tulisannya, Earl sebenarnya menggunakan istilah Melayu dan bukan Indun.

James Richardson Logan menulis artikel The Ethnology of the Indian Archipelago dalam JIAEA Volume IV, halaman 252-347. Di awal tulisannya, Logan juga mencatat bahwa pulau-pulau yang sekarang dikenal sebagai Indonesia memerlukan nama tersendiri karena Kepulauan Hindia (“Kepulauan Hindia”) panjang dan membingungkan. Kemudian Logan mengambil nama Indonesia yang dibuang Earl dan mengganti huruf o dengan u, yang kedengarannya lebih bagus. Maka lahirlah istilah Indonesia.

Hal ini membuktikan bahwa sebagian orang Eropa masih percaya bahwa penghuni pulau-pulau tersebut adalah orang India, dan julukan tersebut melekat karena sudah dikenal di Eropa.

Rangkuman Sejarah Indonesia: Masa Prasejarah Hingga Merdeka

Kata Indonesia pertama kali muncul di dunia cetak dalam teks Logan halaman 254 (diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia):

“Tuan Earl mengusulkan istilah etnografis ‘India’, namun menolaknya dan memilih ‘Malaysia.’ Saya lebih memilih istilah geografis ‘Indonesia’, yang merupakan kependekan dari Kepulauan Hindia atau Kepulauan Hindia.”

Setelah itu, Logan konsisten menggunakan nama “Indonesia” dalam tulisan ilmiahnya, dan lambat laun penggunaan istilah tersebut menyebar di kalangan sarjana etnologi dan geografi.

BACA JUGA  Ciri Inseminasi Gagal

Pada tahun 1884, Adolf Bastian (1826–1905), profesor antropologi di Universitas Berlin, menerbitkan lima jilid Indonesien oder die Inseln des Malayischen Archipel (“Hasil Indonesia atau Kepulauan Melayu”). . Atas penelitian yang dilakukannya saat melakukan perjalanan di kepulauan tersebut pada tahun 1864 hingga 1880. Buku Bastian lah yang mempopulerkan istilah “Indonesia” di kalangan sarjana Belanda, sehingga Bastian dianggap sebagai pencetus istilah “Indonesia”. Kesalahpahaman ini antara lain disebutkan dalam Encyclopædia van Nederlandsche-Indie 1918. Padahal, istilah “orang Indonesia” diambil dari tulisan Bastian Logan.

Patok Batas Indonesia Malaysia Dari Masa Penjajahan Hingga Kemerdekaan

Istilah “Indonesia” Suwardi Suryaningrat (Ki Hajar Devantara) diciptakan Swadeshi. Pada tahun 1913, ketika diasingkan ke Belanda, ia mendirikan kantor pers bernama Perseburo Indonesia. Prof. Cornelis van Vollenhoven (1917) juga memperkenalkan nama Indonesisch (pengucapan bahasa Belanda untuk “Indonesia”), bukan Indische (“India”). Oleh karena itu, bahasa Indonesia (“Bahasa Indonesia”) digantikan oleh domača (“asli”).

Pada tahun 1920-an, tokoh-tokoh gerakan kemerdekaan Indonesia mengadopsi nama “Indonesia”, sebuah istilah ilmiah di bidang antropologi dan geografi, sehingga nama “Indonesia” akhirnya mempunyai makna politik, suatu kesatuan negara yang memperjuangkan kemerdekaan. Akibatnya, pemerintah Belanda menjadi curiga dan waspada terhadap penggunaan istilah Logan.

Pada tahun 1922, atas prakarsa Mohammad Hatta, seorang mahasiswa Hoogeskool (Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi) Handel di Rotterdam, Persatuan Pelajar India di Belanda (didirikan pada tahun 1908 dengan nama Indische Vereeniging) berganti nama menjadi Indonesiaus Vereeniging atau Perhimpee. Indonesia. Majalah mereka mengubah nama Hindia Poetra menjadi Indonesia Merdeka.

“Negara Indonesia merdeka di masa depan tidak bisa disebut “Hindia Belanda” (de tommeine vrije Indonesische staat). Bukan hanya “India”, bisa disamakan dengan India yang sebenarnya. Bagi kami, nama Indonesia memberikan tujuan politik yang jelas ( een ) politiek doel) , dia berbicara tentang tanah air di masa depan. Seluruh masyarakat Indonesia (Indonesia) akan berusaha sekuat tenaga dan kemampuannya untuk berimajinasi dan bermimpi.

Identifikasi Barang Barang Perdagangan Nusantara Pada Awal Abad Masehi

Di Indonesia, dr. Sutomo mendirikan Klub Studi Indonesia pada tahun 1924. Pada tahun yang sama, Liga Komunis India berganti nama menjadi Partai Komunis Indonesia (PKI). Pada tahun 1925, Jong Islamien Bond mendirikan kelompok pramuka nasional Indonesia Padwinderij (Natipij). Nama “Indonesia” pertama kali digunakan oleh tiga organisasi di Indonesia. Akhirnya nama “Indonesia” dinobatkan sebagai nama ibu pertiwi, bangsa dan bahasa pada pertemuan Pemoda-Pemodi Indonesia tanggal 28 Oktober 1928 yang kini dikenal dengan janji pemuda.

BACA JUGA  Soal Ips Kelas 6 Tentang Asean Beserta Jawabannya

Pada bulan Agustus 1939, tiga anggota Volksraad (Dewan Rakyat; Parlemen Hindia Belanda), Muhammad Husni Tamrin, Vivo Purbohadjojo dan Sutardjo Kartohadikusumo, mengajukan usul kepada pemerintah Belanda untuk meresmikan nama Indonesia dan bukan Belanda. -Indi”. Permohonan ini ditolak. Sedangkan kamus Porvadarminta yang terbit pada tahun yang sama mencantumkan Lema Nusantara sebagai saffron “Kapulon (Indonesia)”.

Nama “Hindia Belanda” hilang seiring dengan invasi Jepang pada tanggal 8 Maret 1942. Pada tanggal 17 Agustus 1945, setelah proklamasi kemerdekaan, lahirlah Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Sebelum bahasa Indonesia ditetapkan sebagai bahasa kesatuan dalam Janji Pemuda, beberapa ahli bahasa Eropa menggunakan istilah “Bahasa Indonesia” dan bukan “Melayu” untuk bahasa yang digunakan di Indonesia, terutama setelah berkembangnya standardisasi bahasa. Bahasa ini digunakan di kedua wilayah pada awal abad ke-20. Pada tahun 1901, Hindia Belanda (kemudian Indonesia) mengadopsi ejaan Van Offuysen, dan pada tahun 1904 Persekutuan Tanah Melayu (kemudian menjadi bagian dari Malaysia) mengadopsi ejaan Wilkinson.

Fakta Dagestan, Wilayah Mayoritas Musim Di Rusia Yang Gelar Demo Anti Israel

Van Offuysen memulai ortografi ketika ia menyusun Buku Wawancara Melayu (dimulai pada tahun 1896) dengan bantuan Nawi Zoyatan Mamor dan Mohd Taib Zoyatan Ibrahim.

Salah satu ahli bahasa yang mempopulerkan nama bahasa Indonesia adalah ahli bahasa Swiss Renward Brandstetter (1860-1842), yang dikenal sebagai pencetus teori tentang asal usul bahasa Australia.

, sejak tahun 1908 ia mulai menyebut dirinya Indonesiar Sprachforscher (peneliti bahasa Indonesia). Tulisan-tulisan Brandstetter pada periode sebelumnya (1893–1908) dimulai pada tahun 1908 dengan judul Monographien zur Indonesiaschen Sprachforschung (Monograf Penelitian Linguistik Indonesia) dan berganti nama menjadi Malayo-Polynesische Forschungen (Studi [Linguistik] Melayu Polinesia). Namun, “bahasa Indonesia” yang dimaksud Brandstetter lebih luas daripada bahasa-bahasa di Hindia Belanda, dan juga mencakup bahasa Filipina, bahasa Malagasi, dan “dari Formosa hingga Madagaskar”.

Oleh karena itu, penggunaan istilah bahasa Indonesia di kalangan bahasa tidak mempunyai konotasi geopolitik seperti saat ini, melainkan merupakan cabang dari rumpun bahasa Melayu-Polinesia Barat atau Australia Barat.

Puncak Peradaban Islam Di Andalusia

“…Saya belajar berbagai buku di Indonesia, pertama di Indonesia, lalu dimiliki. Kalau pelajarannya kurang memuaskan, ya

Simbol wilayah pada peta, aplikasi pembuat peta wilayah, perkalian 10 sampai 15, peta wilayah brunei darussalam, peta wilayah, peta nusantara, sejarah perkembangan akuntansi dari abad 15 sampai sekarang, simbol batas wilayah pada peta, peta wilayah nusantara, peta buta wilayah indonesia, wilayah nusantara, laptop 10 sampai 15 juta

Tags:

Share:

Related Post

Leave a Comment