Pusat Agama Buddha Di Sumatra Ada Di Kerajaan….

admin 2

0 Comment

Link

Pusat Agama Buddha Di Sumatra Ada Di Kerajaan…. – Sriwijaya lebih dikenal sebagai kerajaan maritim, selain itu juga dikenal sebagai pusat penyebaran agama Buddha dan ajaran bahasa Sansekerta. Itulah sebabnya Sriwijaya banyak dikunjungi oleh biksu asing. Namun, karena keterkaitannya dengan kerajaan lain, bukan tidak mungkin beberapa kelompok masyarakat dan agama lain (Hindu, Tantri, bahkan Islam) telah hadir di Sriwijaya.

Sriwijaya bukan hanya pusat kekuasaan, tetapi juga pusat kebudayaan, dunia dan agama Buddha. Para biksu yang pergi ke Sriwijaya memiliki tempat khusus. Ia sangat dihormati oleh para penguasa dan rakyat Sriwijaya. Para biksu yang datang ke Sriwijaya tidak hanya tinggal sebentar, tetapi tinggal dalam waktu yang lama dan belajar agama Buddha.

Pusat Agama Buddha Di Sumatra Ada Di Kerajaan….

Ada beberapa aliran pemikiran dalam agama Buddha termasuk Mahayana dan Hinayana. Sumber tertulis dan pahatan menunjukkan bahwa agama Buddha yang berkembang di Sriwijaya adalah aliran Mahayana. Namun, para biksu Buddha yang mempelajari agama Buddha di Sriwijaya tidak hanya mempelajari agama Buddha Mahayana, tetapi juga belajar agama Buddha dari aliran pemikiran lain.

Kejayaan Nusantara Bhinneka Tunggal Ika

Nalanda adalah pusat utama pendidikan agama Buddha saat itu. Namun, banyak sumber Cina mengatakan bahwa Sriwijaya juga memiliki perguruan tinggi Buddha yang sangat baik. Mengenai Perguruan Tinggi Buddhis di Sriwijaya, Itsing berbicara tentang kehidupan religius di Sriwijaya dan jumlah biksu di kota tersebut.

Pengakuan Sriwijaya sebagai pusat agama Buddha tidak lain adalah karya Dharmakriti, seorang biksu Buddha yang pengetahuannya sangat luas. Dia adalah salah satu biksu tertinggi Sriwijaya yang menyusun komentar atas isi buku tersebut.

, Ia menjadi terkenal pada tahun 1011 hingga 1023 M, ketika seorang biksu Tibet bernama Atisa (Deepamkarasarjna) tiba.

Sriwijaya tidak hanya Buddha Mahayana, agama lain juga berpeluang berkembang. Bukti arkeologis berupa pahatan batu yang mewakili agama Hindu dan Tantrisme juga telah ditemukan di kawasan tersebut.

Kerajaan Kerajaan Maritim Di Indonesia (hindu Budha)

Sriwijaya. Sebuah laporan berita berbahasa Arab menyebutkan adanya korespondensi antara Maharaja Sriwijaya dan Khalifah Umar bin Abdul Azis. Surat itu menyebutkan permintaan kepada Khalifah untuk mengirim misionaris ke Sriwijaya.

Pada masa Kediri, di mana pusat kerajaannya berada di lingkaran api, atau di dekat gunung berapi yang lebih dahsyat, Kelud, terjadi bencana besar. Ada banyak bangunan candi yang … Buddhisme adalah agama yang menyebar ke seluruh negeri sebagai agama spiritual dan tidak ada hubungannya dengan hal-hal gaib. Namun, dalam prosesnya, kebutuhan politik dan kebutuhan emosional pribadi untuk melindungi dunia dari ancaman dewa yang kuat menyebabkan peralihan ke agama Buddha.

BACA JUGA  Perkalian Yang Hasilnya 40

Dilihat dari sisa-sisa tulisan kontemporer, agama Buddha pertama kali masuk ke tanah air (di Indonesia sekarang) sekitar abad ke-5 Masehi. Diyakini pertama kali diperkenalkan oleh seorang musafir Cina bernama Fahsian. Kerajaan Buddha pertama yang berkembang di pulau itu adalah Kerajaan Sriwijaya, yang berlangsung dari tahun 600 hingga 1377.

Kerajaan Sriwijaya merupakan salah satu pusat perkembangan agama Buddha di Asia Selatan. Hal ini terlihat dalam kisah-kisah I-Tsing, seorang sarjana Cina yang melakukan perjalanan ke India dan Samudra Hindia dan menulis tentang perkembangan agama Buddha di sana.

Sriwijaya, Pusat Pendidikan Agama Buddha Terbesar Di Asia Tenggara

Kerajaan Kalingga adalah sebuah kerajaan Hindu yang berpusat di Jawa Tengah. Pusat kerajaan Kalinga berada di wilayah Jepara. Kerajaan ini terkenal dengan Ratu Rani Shima yang bijaksana.

Pada masa Ratu Hima, sudah menjadi hukum umum bahwa tangan seorang pencuri akan dipotong.

Kerajaan Sriwijaya adalah sebuah kerajaan yang terletak di pulau Sumatera di Sumatera Selatan. Sriwijaya adalah kerajaan maritim yang berpusat di Sumatera, namun kekuasaannya meluas hingga ke Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Semenanjung Malaya, Thailand, Kamboja dan lain-lain. Sriwijaya berasal dari bahasa Sanskerta yang berarti “cerah” dan vijaya yang berarti “terang”.

Salah satu peninggalan Kerajaan Sriwijaya adalah Candi Mura Takus dan diyakini telah ada pada Zaman Keemasan Sriwijaya. Sebagai kerajaan Buddha, Sriwijaya adalah rumah bagi para biksu Buddha dan menjadi pusat studi agama Buddha.

Daftar Nama Kerajaan Hindu, Budha, Dan Islam Di Indonesia

Agama Buddha berkembang sangat pesat pada masa Sriwijaya. Menurut Itsing, ada 2 aliran agama Buddha, Theravada (kadang disebut Hinayana) dan Mahayana. Agama Buddha di Sriwijaya dipengaruhi oleh sekolah Vajrayana di India.

Pesatnya perkembangan agama Buddha di Sriwijaya juga didukung oleh seorang guru Buddha di Sriwijaya, yaitu Sakyakirti. Selain Mahaguru Budha, Srijaya juga memiliki perguruan tinggi Budha seperti Universitas Nalanda, India. Menurut I-Tsing lebih dari 1.000 sarjana belajar agama Buddha di Sriwijaya.

1. Dinasti Chola menginvasi dari Koromandel, India Selatan (1017 dan 1025). Serangan ini berhasil menangkap raja Sriwijaya dan kemudian dinasti Chola mengambil alih kerajaan Sriwijaya.

3. Peperangan melawan kerajaan lain seperti Singasari, Majapahit dan Dharmasraya. Selain kekalahan Sriwijaya, perang ini menghancurkan atau menghilangkan banyak peninggalan Sriwijaya, sehingga terlupakan selama beberapa abad.

Pendeta Agama Buddha Yang Terkenal Dari Sriwijaya

Kerajaan Mataram Kuno (Medang) adalah sebuah kerajaan di Jawa Tengah yang dikelilingi oleh daerah yang dialiri banyak sungai. Tempat yang dimaksud belum jelas, bisa di wilayah Kedu atau Prambanan (tergantung di mana prasasti itu ditemukan). Menurut prasasti Kangal, Kerajaan Medang diperintah oleh Sanjaya, keturunan Kerajaan Kalinga dan Kerajaan Galuh.

BACA JUGA  Mitos Hadiah Yang Bikin Langgeng

Masyarakat Mataram kuno sangat maju dalam hal kebudayaan, terlihat dari banyaknya candi yang dibangun. Dua bangunan besar yaitu Candi Borobudur dan Candi Prambanan dibangun pada masa Kerajaan Mataram lama. Candi Borobudur dibangun dari Candi Buddha Sayalendra pada masa pemerintahan Samaratungga. Jadi, candi Prambanan dibangun pada masa pemerintahan Rakai Pikatan dan selesai pada masa pemerintahan dinasti Hindu Sanjaya hingga Daksha.

Agama resmi kerajaan Medang pada masa pemerintahan Sanjaya adalah Hindu Siwa. Dengan munculnya dinasti Sailendra, agama resmi negara berubah menjadi Buddha Mahayana.

Menurut prasasti Turun Hyang II (1044) yang dikeluarkan oleh Kerajaan Janggala, pemerintahan ini dimulai dengan perang antara dua putra Airlungga. Pada akhir November 1042, Airlangga terpaksa membagi kerajaannya karena kedua putranya bersaing memperebutkan tahta. Seorang putra bernama Sri Samarvijay menemukan sebuah kerajaan bernama Panjalu di barat, yang berpusat di kota baru, Daha. Putranya, Mapanji Garaskan, mewarisi sebuah kerajaan yang dahulu bernama Janggala, yang berpusat di kota kuno Kaharipan.

Kerajaan Islam Di Sumatera Barat, Selatan, Utara (sejarah)

Nama Panjalu adalah nama untuk Pangjalu Kediri. Nama ini lebih sering digunakan daripada nama Kadiri. Hal ini dapat dilihat pada artikel-artikel yang diterbitkan oleh raja-raja Qadiri. Nama Panjalu disebut sebagai Pu-chia-lung dalam kitab Cina Ling Wai Tai Ta (1178). Nama “Kediri” atau “Kadiri” sendiri berasal dari kata Sansekerta khadri atau berarti kecepatan.

Pada masa pemerintahan Sri Jaibhai, Panjalu melihat masa kejayaannya. Wilayah kerajaan ini mencakup seluruh Jawa dan banyak pulau hingga penurunan kekuasaan kerajaan Sriwijaya.

Jayabaya juga disebut-sebut bernubuat dalam tradisi Jawa dengan kata Jayabaya atau sebagai Ramalan Jayabaya. Ramalan ini dikenal di kalangan masyarakat Jawa dan telah dilakukan oleh musisi secara turun temurun.

Asal muasal utama ramalan serat Jayabaya dapat ditemukan dalam kitab mussar karangan Sunan Giri Prapen. Meski banyak yang meragukan keasliannya, namun ayat pertama kitab tersebut menganggap ramalan tersebut berasal dari Jayabaya.

Sejarah Kerajaan Mataram Kuno: Letak, Sumber Sejarah, Silsilah Raja, Dan Peninggalan

Menurut prasasti Kudadu, nama resmi Kerajaan Singhasari adalah Kerajaan Tumapela. Menurut Nagarakratagama, ibu kota Kerajaan Tumapela bernama Kutaraja pada awal berdirinya pada tahun 1222.

Pada tahun 1253, Raja Vishnuvardhana mengangkat putranya Kirtanagara sebagai Yuvaraja (Putra Mahkota Mahkota) dan mengganti nama ibu kota kerajaan menjadi Sinhasari. Nama Singhasari, nama kotanya, lebih populer dari nama Tumapel.

Inilah alasan mengapa kerajaan Tumapel kemudian dikenal sebagai kerajaan Singhasari. Nama Tumapel juga muncul dalam literatur Tiongkok Dinasti Yuan dan disebut sebagai Tu-ma-pan.

Menurut Pararatan, Tumapel pada mulanya merupakan wilayah bawahan kerajaan Panjalu. Tunggul Ametung adalah orang yang menjadi Akwu (semacam kepala daerah) Tumapel saat itu. Ia tewas akibat pengkhianatan pengawalnya sendiri bernama Ken Arok, yang kemudian menjadi Akwu baru. Ken Arok juga menikahi Ken Dedes, istri Tunggul Ametung. Kemudian Ken Arok memutuskan untuk memberikan kerajaan Kadiri kepada Tumapel.

BACA JUGA  Perbedaan A Dan An

Kerajaan Maritim Hindu Dan Buddha Di Nusantara

Pada tahun 1254 terjadi perselisihan antara para Brahmana dengan Raja Keerthajaya dari Kerajaan Kediri. Brahmana tersebut kemudian bergabung dengan Ken Arok yang memberinya gelar Sri Rajas Sang Amurvabhumi sebagai raja pertama Tumapela. Peperangan melawan Kerajaan Kediri berdampak pada desa Gantar yang diambil alih oleh Tumapel.

Dalam Nagarakretagama disebutkan berdirinya Kerajaan Tumapel pada tahun yang sama, namun tidak menyebutkan nama Ken Arok. Dalam naskah tersebut, pendiri Kerajaan Tumapela adalah Rangagah Rajasa Sanga Girinathaputra yang berhasil mengalahkan Raja Kertajaya dari Kerajaan Kediri.

Prasasti Mula Malurung di Keertanagar tahun 1255 menyatakan bahwa pendiri kerajaan Tumapela adalah Dewa Siwa. Namanya mungkin Rangagaha Rajasa setelah kematiannya, karena roh pendiri kerajaan Tumapela disembah sebagai Siwa di Nagarakretagama.

Lebih lanjut, Pararaton juga menyebutkan bahwa Ken Erok sebelumnya menggunakan alias Bhatara Siwa sebelum maju berperang melawan Kerajaan Qadiri.

Buddhisme Di Indonesia

Invasi Rajendra Chola I menyebabkan runtuhnya Kerajaan Sriwijaya, mengakhiri kekuasaan dinasti Sailendra di pulau Sumatera dan Semenanjung Melayu. Selang beberapa waktu, muncul dinasti baru yang mengambil alih kekuasaan dinasti Syailendra, yaitu dinasti Mauli.

Prasasti paling awal yang ditemukan atas nama seorang raja Mauli adalah prasasti Grahi tahun 1183 di Thailand selatan. Dalam teks ini Maharaja Shrimat Trailokyaraja Maulibhushan Varmadeva Bupati Grahi yaitu Mahasenapati Galanai diperintahkan untuk membuat patung Buddha 1 Bhara 2 Tula dengan harga emas 10 Tamlin. Nama orang yang membangun idola tersebut adalah Marten Sri Nano.

Prasasti kedua berasal lebih dari satu abad kemudian, yaitu prasasti Padang Roko tahun 1286. Prasasti tersebut menyebutkan raja Swarnabhumi sebagai Maharaja Shrimat Tribhuvanraja Mauli Varmadeva, yang telah menerima hadiah dari Amoghapasa Pratima dari Raja Kirtanagara, raja Singasari. Jawa. Berhala disimpan di Dharmashraya.

Perlindungan dalam agama

Bhante Karma: Dulu Sumatera Pusat Agama Budha

Sriwijaya sebagai pusat pendidikan agama buddha dibuktikan dengan catatan, kerajaan buddha, mengapa kerajaan sriwijaya menjadi pusat pengembangan agama budha di nusantara, buddha agama, agama buddha di thailand, agama buddha di eropa, mengapa kerajaan sriwijaya dikatakan sebagai pusat pembelajaran agama buddha, agama buddha di china, sejarah agama buddha di indonesia, kerajaan di sumatra, perkembangan agama buddha di indonesia, kerajaan buddha di indonesia

Tags:

Share:

Related Post

Leave a Comment