Raden Werkudara Iku Satriya Ing

admin 2

0 Comment

Link

Raden Werkudara Iku Satriya Ing – Raden Gathutkaca, pendekar Pringgadani yang terkenal dengan otot kawat tulangnya, bisa terbang tanpa sayap karena memakai bra Antakusuma, putra Raden Werkuda dan Dewi Arimbi. Nama lainnya adalah Bambang Tetuka, Arimbatmaja, Krincingwesi.

Seharusnya kepala Raden Gathutkaca tidak dipotong saat lahir, dan tidak boleh dipotong dengan pistol. Kunta Wijayandanu dikabarkan dipenggal dengan senapan angin. Namun ketika ujungnya terputus, Wangangka memasuki ujung Raden Kathutkaca.

Raden Werkudara Iku Satriya Ing

Bayi yang dipenggal, putra dewa diangkat ke angkasa, menghadap Raja Kalapracona dan Patih Sekipu yang menghancurkan langit. Raden Gathutkaca melemparkan bayi itu ke dalam lubang api Candradimuka. Gathutkaca dipatahkan dengan tangan namun tidak mati melainkan berkembang pesat.

Epaper Edisi 24 Nopember 2013 By Pt Joglosemar Prima Media

Ketika keluar dari lubang, ia mengenakan pakaian besi, ia mengenakan topi Basunada, itu adalah kekuatan agar tidak kepanasan di musim panas, dan itulah nilai Narantaka yang diberikan Resi Seta di saat hujan. Gathutkaca kecil dapat mengcounter Kalapracona dan Sekipu. Setiap kali Gathutkaca ditampar, digigit, dan dipukul musuhnya, ia tidak merasakan sakit, meski tubuhnya mengecil. Gathutkaca berhasil mengalahkan Prabu Kalapracona dan Patih Sekipu dengan cara memotong sayapnya.

Bukan hanya raja para dewa tetapi juga benteng para Pandawa. Ketika Barata meninggal, Gathutkaca menjadi penguasa. Tidak ada jagoan Kurawa yang mampu menandingi Raden Gathutkaca. Banyak pejuang Korawa yang gugur di tangan Gathutkaca, Brajamusthi dan Narantara.

Gathutkaca cerdas dan agresif tidak hanya di pertarungan darat, tapi juga di luar angkasa. Ketika Basukarana menjadi penguasa Kurawa. Basukarna melepaskan senjata Kunta Wijayandanu. Gathutkaca terkalung pistol di lehernya saat ia gugur membela pulau dan negara.

** Darmawan, S.Pd, adalah guru bahasa Jawa dan Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan, Prasarana dan Sumber Daya Manusia. Raden Wekuda merupakan anggota keluarga Pandawa. ] Begawan Abiyasa Pandhu Dewanata menikah dengan dewi Ambalika.[2] Konon ada kitab berjudul Mahabharata tentang kelahiran Pandawa, yang pertama adalah Adiparwa.[3]

Karakter Tokoh Wayang Kulit, Tak Kalah Dengan Superhero Marvel

Suatu hari, Begawan Abiyasa berhasil memenangkan perlombaan hati dan diberikan kepadanya tiga putri raja Kasi, Amba, Ambika dan Ambalika.[3] Sang Begawan dikaruniai seorang putra bernama Drestharasta oleh Dewa Ambika.[3] Namun, anak itu buta.[3] Adapun Dewi Ambalika, putra keduanya Pandhu Dewanata adalah penyandang cacat.[3] Saat masih di Timur, Drestharasta menikah dengan Dewi Gendari dan memberinya seratus anak yang diberi nama Korawa. [3] Kata Korava berasal dari garis keturunan Kuru. [3] Adiknya Pandhu Dewanata mempunyai dua orang putri bernama Dewi Kunthi dan Madrim. Namun karena kutukan Begawan Kimmindama, Pandhu tidak mempunyai anak.[4] Wanita pertama memiliki mantra yang memohon kepada para dewa untuk memberinya seorang putra.[3] Nama Aji adalah Aji Adityaredhaya. [4] Dengan demikian Dewa Kunthi melahirkan tiga orang putra: Yudhistira dari Bathara Dharma, Wekuda dari Bathara Bayu, dan Arjuna, Bathara Aswan dan Aswin dari Bathara Indra.[3] Lima anak disebut Lima. Pandawa. Inilah kisah lahirnya para Pandawa.[3]

BACA JUGA  Gagasan Yang Menjadi Dasar Pengembangan Sebuah Paragraf Disebut

Teks ini tidak menceritakan semuanya tentang Pandawa, hanya menggambarkan tokoh Werkudara atau Bratasena. [1] Werkudara berada di bawah yurisdiksi Jodhipati. [2] Wekudara adalah putra Bathara Bayu, putra kedua Dewi Kunthi, oleh karena itu ia dipanggil Bayu Tanaya. [5] Putra kedua, Werkudara, disebut juga putra Pandawa.[5] Juga dikenal sebagai Bratasena, Bimasena, Haryasena, Bayusiwi, Jagal Abilawa, Kusumadilaga dan Jayalaga.[5] Bratasena konon lahir dalam wujud seekor sapi. Tidak semua senjata merupakan ancaman.[5] Hanya Gajah Sena yang bisa membuka paket tersebut.[5] Setelah operasi, bayi dikunyah, diikat, dan diikat, namun lebih banyak lagi.[5] Gajah Sena terkena cakar Pancanaka dan mati seketika.[5] Suksmane bergabung dengan Bratasena. Menurut versi Ngayogjakarta, Raden Werkudara mempunyai tiga orang istri bernama Dewi Nagagini, Dewi Arimbi dan Dewi Urang Ayu.[6] Namun menurut versi Surakarta, Raden Werkudara hanya mempunyai dua istri, Dewi Nagagini dan Dewi Arimbi.[6] Bersama Dewi Nagagini, lahirlah Raden Antareja yang berjanggut. Dewivel Arimbi, lahir Raden Gathotkaca, memiliki tanduk.[6] Belakangan Dewi Uranggal Ayu melahirkan Raden Antasena yang mempunyai sisik mirip ular. Warisan Raden Werkudara adalah Kuku pancanaka yang tajam, Gada Rujakpala, Gada Serat Lambita, Alugara, tombak pendek, Bargawa, kapak besar, Bargawasastra, berbentuk panah, dan lagi Gendewa [2] He Aji – ajine Bandung. bandawasa, Unkal bener, Blabag Pangatol – Antol, Bayu Bajra. [5] Dengan kelebihannya tersebut, Raden Werkudara dapat menghancurkan gunung dan terbang seperti angin.[6] Werkudara menceritakan kisah Lada yang tidak bisa ia ceritakan kepada siapa pun.[5] Ini masih merupakan bahasa Ngogo.[5] hanya Sanghyang Wenang dan Dewa Ruci yang diketahui.[5] Ciri lainnya adalah kesetiaan kepada guru, kesetiaan kepada orang tua, menepati janji, jujur, menjaga kebenaran, menghindari rasa bersalah, mau menolong, mencintai sesama dan keadilan.[5] Jubah Werkudara adalah Gelung Pudhaksategal yang melambangkan penguasaan spiritual. [2] Kotoran asem jarot melambangkan kelembutan, kesabaran dan kerendahan hati.[2] Menyimpulkan Surengpati, menunjukkan jiwa keagungannya.[2] Kelat Bahu Candrakirana melambangkan pikiran yang kuat dan hati yang terbuka.[2] Sabuk Nagabanda melambangkan kemampuan mengendalikan nafsu.[2] Kampung Poleng Bintuluaji melambangkan kekuasaan dan kewibawaan. Yang terakhir, Clana Cindhe Udagara, mewakili keberanian dan kepercayaan diri, meskipun itu berarti merugikan diri sendiri.[2] Dalam cerita pewayangan Jawatimuran, ia berperan sebagai Raden Werkudara untuk Kebenaran dan Keadilan atau Bhima Sena Jeksa di Lumajang Tengah.[1] Menurut tokoh Jawatimuran lainnya, Lumajang Tengah merupakan markas para Ksatria Raden Bhima Sena.[1] Jadi ada yang bilang kalau Bhima Sena adalah prajurit Lumajang Tengah, ya Jeksa Lumajang Tengah.[1] Werkudara meninggal di urutan keempat, karena sepanjang hidupnya ia sangat pandai makan, jelek dan tidak dapat dilukiskan.[5] Kemudian datanglah Sadewa, Nakula dan Arjuna.[5]

BACA JUGA  Permainan Gobak Sodor Membutuhkan Kombinasi Gerak

Raden Werkudara atau Bima merupakan putra kedua Dewi Kunti dan Prabu Pandudewanata. Namun sebenarnya ia adalah anak dari Batara Bayu dan Dewi Kunti karena Prabu Pandu tidak bisa menghasilkan keturunan. Kutukan ini adalah Begawan Kimmindama. Namun bisa jadi mereka adalah keturunan Aji Adityaredhaya dan Dewi Kunti.

Dia dibungkus Wekuda saat lahir. Tubuhnya ditutupi kulit yang sangat tipis sehingga tidak bisa dirobek oleh senjata apapun. Keadaan ini membuat pasangan Dewi Kunthi dan Pandu sangat sedih. Atas saran Begawan Abiyasa, Pandu melemparkan bayi yang dibedong itu ke dalam hutan Mandalasara. Selama delapan tahun keranjang itu tidak pernah pecah dan bergerak maju mundur hingga hutan menjadi seperti tanah. Situasi ini meresahkan masyarakat hutan. Mereka kembali mengganggu setan penghuni hutan, dan Batari Durga, ratu segala kebijaksanaan, berbicara kepada Batara Guru, raja segala dewa. Kemudian raja para dewa memerintahkan putra Eravata Batara Bayu, Batari Durga dan Gajah Sena serta gajah tunggangan Batara Indra dan Batara Narada untuk turun dan melepaskan ikatan bayi tersebut.

Katakna Gambar Ing Ngisor Iki Toko Pewayang Ing Gambar Dhuwur Kuwi Diarani​

Sebelum membukanya, Batari Durga masuk ke dalam keranjang dan meletakkan pakaian bayi berupa baju Poleng Bang Bintulu (dilihat dalam kehidupan nyata sebagai pakaian patung suci di pulau Bali (kain poleng = kain bergaris hitam putih)). Gelang Candrakirana, Kalung Nagabanda, Pukuk Jarot Asem dan Sumping (sejenis perhiasan) Surengpati. Setelah berpakaian lengkap, Batari Durga keluar dari tubuh Bima dan kemudian giliran Gajah Sena yang membuka pakaian bayi tersebut. Penulis: Gajah Sena adalah bayi yang dibunuh, ditusuk bibirnya dan diinjak-injak. Anehnya, dia tidak mati, namun bayinya meronta setelah keluar dari keranjang. Tas dari Werkudara kemudian ditiupkan oleh Batara Bayu ke dada Begawan Sapwani yang disembah oleh pendeta, boneka besar mirip Bima, dan disebut Jayadratha atau Tirtanata.

BACA JUGA  Cara Menghilangkan Lemak Di Paha

Nama lain dari Bima adalah: Bratasena (nama yang digunakan di masa kecilnya), Werkudara, perut serigala, Bima, Gandawastratmaja, Dwijasena, Arya Sena, karena dalam tubuhnya ia bergabung dengan tubuh Gajah Sena, Wijasena, Dandun Wacana. . Jenazah raja bersatu Jodipati yang juga adik raja Yudisthira, Jayadilaga, Jayalaga, Kusumayuda, Kusumadilaga artinya selalu menang dalam peperangan, Arya Brata karena menahan sakit, Wayunendra, Wayu Ananda, Bayuputra, Bayutanaya, Bayusuta , Bayusiwi, Bagi putra Batara Bayu, Bilawa adalah nama panggilan yang digunakan saat menjadi tukang jagal di Wiratha, Bondan Peksajandu, tidak seluruhnya berarti racun, dan Bungkus adalah nama kesayangan Prabu Kresna.

Putra Bima Batara Bayu, ia mampu mengendalikan angin. Di Werkudara terdapat Tunggal Bayu bersaudara, yang dengannya Anoman, Gunung Maenaka, Garuda Mahambira, Ular Naga Kuwara, Liman/Gajah Setubanda, Kapiwara, Yaksendra Yayahwreka dan Pulasiya disatukan dalam tubuh Anoman sesaat sebelum Pertempuran Alenkka (Periode Ramayana) . .

Pejuang hebat ini berani, tekun, kuat, dan memiliki keyakinan yang kuat. Werkudara tidak pernah berbicara pelan kepada siapa pun seumur hidupnya; termasuk orang tuanya, tuhannya, dan gurunya.

Pas Basa Jawa Smt 1 Kd 3.2

Werkudara satriya ing, gambar raden werkudara, puntadewa satriya ing, raden werkudara

Tags:

Share:

Related Post

Leave a Comment