Resi Bisma Nduweni Watak

administrator

0 Comment

Link

Resi Bisma Nduweni Watak – Radén Werkudara atau Bima adalah putra kedua dari Dewi Kunti dan Prabu Pandudewanata. Namun sebenarnya dia adalah anak dari Batara Bayu dan Dewi Kunti karena Prabu Pandu tidak bisa menghasilkan anak. Inilah kutukan Begawan Kimmindama. Namun, berkat Aji Adityaredhaya, milik Dewi Kunti, pasangan itu bisa dikaruniai seorang anak.

Saat Werkudara lahir, bentuknya seperti bungkusan. Tubuhnya diselimuti selaput tipis yang tidak bisa dirobek oleh senjata apapun. Hal ini membuat pasangan Dewi Kunthi dan Pandu sangat kesal. Atas saran Begawan Abiyasa, Pandu membuang bungkusan bayi itu ke hutan Mandalasara. Selama delapan tahun, kawanan itu tidak pecah, dan hutan yang tadinya subur mulai bergulung kesana-kemari hingga rata dengan tanah. Hal itu membuat para penghuni hutan panik. Selain itu, setan hutan mulai diganggu, Batari Durga, ratu dari semua roh, melapor kepada Batara Guru, raja dari semua dewa. Kemudian raja dewa Batara Bayu memerintahkan Batari Durga dan putra Erawata, Gajah Sena, untuk menunggangi gajah Batara Indra dan turun bersama Batara Narada untuk membuka bayi tersebut.

Resi Bisma Nduweni Watak

Sebelum pecah Batari Durga masuk ke dalam bungkusan dan memberikan pakaian bayi berupa kain Poleng Bang Bintulu (dalam kehidupan nyata sebagai pakaian patung keramat (kain poleng = sering ditemukan dalam kehidupan nyata di pulau Bali berwarna hitam) dan putih kain kotak-kotak) Gelang Candrakirana, kalung Nagabanda, Pukuk Jarot Asem dan Sumping (sejenis tengkorak) Surengpati.Setelah didandani, Batari Durga muncul dari tubuh Bima, kemudian giliran Gajah Sena yang memecahkan bungkusan itu. Bayi itu dicabik-cabik oleh Gajah Sena, ditusuk giginya, diinjak-injak oleh Bayu, hingga Begawan sampai di pangkuan Sapwani, menjadi bayi pemberani seperti Bima yang kemudian dipuja oleh sang pertapa. tapi kemudian disebut Jayadrata atau Tirtanata.

Sinau Basa Jawa: Dasanama Wayang

Nama lain Bima adalah Bratasena (nama waktu masih muda), Werkudara artinya perut serigala, Bima, Gandawastratmaja, Dwijasena, Arya Sena karena di badannya ada badan Gajah Sena, Wijasena, Dandun Wacana, dia ada di badannya. Raja tunggal Jodipati, yang juga saudara Prabu Yudistira, Jayadilaga, Jayalaga, Kusumayuda, Kusumadilaga (artinya selalu menang dalam pertempuran), Arya Brata, Wayunendra, Wayu Ananda, Bayuputra, Bayutanaya, Bayusuta, Bayusiwi karena bisa menahan rasa sakit . Batara Bayu adalah anak dari Bilawa, julukan tukang jagal di Wiratha, Bondan Peksajandu artinya kebal dari segala racun, dan Bungkus, yang menjadi julukan Prabu Kresna.

BACA JUGA  Tuliskan Zat Penyusun Dari Es Susu Coklat

Bima memiliki kekuatan untuk mengendalikan angin karena dia adalah putra dari Batara Bayu. Werkudara memiliki satu-satunya saudara laki-laki Bayu Anoman, Gunung Maenaka, Garuda Mahambira, Oray Naga Kuwara, Liman/Gajah Setubanda, Kapiwara, Yaksendra Yayahwreka, dan Plasiya, yang meninggal di tubuh Anoman sesaat sebelum pertempuran Alengka (periode Ramayana).

Prajurit hebat ini memiliki karakter pemberani, teguh, visi teguh, keyakinan teguh. Sepanjang hidupnya, Werkudara tidak pernah berbicara dengan lembut, berbicara dengan suara rendah, dan ingin disembah kepada siapa pun, termasuk orang tua, dewa, dan gurunya, kecuali dewa sejati Dewa Ruci.

Sepanjang hidupnya, Werkudara berguru kepada Resi Drona, Begawan Krépa untuk latihan kerohanian dan kesatria, dan Prabu Baladewa untuk ketangkasan gadanya. Werkudara dalam karyanya selalu menjadi saingan utama sepupunya Duryudana, yang juga merupakan anak pertama Kurawa.

Kirtya Bahasa Kelas 7

Para Korawa selalu ingin menyingkirkan Pandawa karena bagi mereka Pandawa hanyalah penghalang untuk menguasai kerajaan Astina. Kurawa menganggap kekuatan Pandawa terletak pada Werkudara karena memang dialah yang terkuat di antara kelima Pandawa, sehingga dengan mengandalkan akal licik Patih Sengkuni, Korawa berencana untuk meracuni Werkudara. Saat itu Bima sedang bermain, ia dipanggil oleh Duryudana dan diminta minum sampai mabuk dimana minuman itu beracun. Setelah Werkudar pingsan, dia dibawa oleh Korawa dan dibuang ke Sumur Jalatunda, di mana ditemukan ribuan ular berbisa. Saat itu penguasa Sumur Jalatunda, Sang Hyang Nagaraja, datang membantu Werkudara, setelah itu Werkudara diberikan kekuatan magis untuk membuatnya kebal terhadap segala hal, dan ia mendapat nama baru dari Sang Hyang Nagaraja, yaitu Bondan Peksajandu.

Para Korawa tidak kehabisan akal untuk menyingkirkan para Pandawa, lalu mereka menantang Yudhishthira agar mengira bahwa pemenangnya akan merebut Astina sepenuhnya. Tentu saja Pandawa akan kalah karena lima lawan seratus, namun kewarasan Werkudara meminta saudaranya untuk memberinya ruang. Werkudara kemudian mundur beberapa langkah, lalu melompat dan menginjak tempat saudaranya tinggalkan, dan kemudian Korawa yang duduk di paling ujung mulai berteriak. Korawa yang terbang ke sisi lain negara itu kemudian disebut “Ratu Sewu Negara” di Baratayuda. Diantaranya Prabu Bogadenta dari kerajaan Turilaya, Prabu Gardapati dari kerajaan Bukasapta, Prabu Gardapura mendampingi Prabu Gardapati sebagai Prabu Anom, Prabu Widandini dari kerajaan Purantura, dan Kartamarma dari kerajaan Banyutinalang. Cerita ini dikumpulkan dalam sebuah permainan yang disebut Pandawa Timbang.

BACA JUGA  Lagu Untuk Senam Irama

Tak puas dengan usahanya, Korawa kembali ingin mencelakai Pandawa dengan kelicikan Sengkuni. Kali ini para Pandawa diundang ke upacara syukuran Amarta dan diberi sebuah pondok kayu yang disebut Balai Sigala-gala. Upacara serah terima berlangsung hingga malam, dan Pandawa mabuk lagi. Setelah Pandawa tertidur, hanya Bima yang masih terjaga karena Bima menolak untuk minum. Berpikir bahwa Pandawa sedang tidur di tengah malam, Korawa mulai membakar wisma. Sebelumnya, Arjuna membiarkan enam pengemis tidur dan makan di wisma karena kasihan pada mereka. Usai kebakaran, Bima langsung membawa ibu, kakak dan adiknya ke terowongan buatan Yamawidura yang mengetahui kelicikan Korawa. Mereka kemudian dibimbing oleh binatang putih titisan Sang Hyang Antaboga. Tiba di surga Sapta Pratala. Di sini Werkudara bertemu dan menikah dengan putri Sang Hyang Antaboga yang bernama Dewi Nagagini. Dari perkawinan tersebut mereka dikaruniai seorang putra, yang kemudian menjadi sangat sakti dan menjadi ahli peperangan di negeri yang bernama Antareja. Setelah meninggalkan surga Sapta Pratala, para Pandawa memasuki hutan. Di tengah hutan, para Pandawa bertemu dengan Prabu Arimba, putra Prabu Tremboko, yang dibunuh oleh Prabu Pandu atas hasutan Sengkuni. Mengetahui asal usul Pandawa, Prabu Arimba kemudian ingin membunuhnya, namun ia dikejar dan akhirnya mati di tangan Werkudara. Namun, bukannya membenci saudara laki-laki Prabu Arimba, Werkudara, ia malah menyimpan dendam. Sebelum Prabu Arimba meninggal, dia memberikan adiknya Dewi Arimbi ke Werkudara. Karena Arimbi seorang pertapa, Werkudara menolak cintanya. Kemudian, melihat ketulusan cinta Dewi Arimbi, Dewi Kunti berkata, “Aduh, anak ini…” (Aduh, cantik sekali anak ini…!), Dewi Arimbi yang tadinya jelek seketika menjadi cantik. Ia menikah dengan Werkudara. Pasangan itu akhirnya memiliki seorang putra bernama Gatotkaca, seorang ahli pertempuran udara. Gatotkaca pun diangkat menjadi raja Pringgandani menggantikan pamannya Prabu Arimba.

Saat sendratari berada di hutan setelah peristiwa Sigala-gala, ibunya meminta Werkudara dan Arjuna untuk mencarikan dua bungkus nasi untuk Nakula dan Sadewa yang kelaparan. Werkudara datang ke sebuah negeri bernama Kerajaan Manahilan, di mana ia bertemu dengan Resi Hijrapa dan istrinya yang sedang menangis. Ketika ditanya mengapa, mereka mengatakan bahwa anak laki-laki satu-satunya dimakan oleh raja negeri itu. Raja negeri itu bernama Prabu Baka atau Prabu Dawaka suka berburu orang. Tanpa ragu, Werkudara menawarkan dirinya menggantikan putranya yang menyendiri. Saat Prabu Baka kalah, bukannya hancur jasad Werkudara, malah gigi Prabu Baka yang patah. Hal ini menimbulkan kemarahan Prabu Baka. Namun dalam perang melawan Werkudara, Prabu Baka gugur dan seluruh rakyatnya bergembira karena raja mereka yang gemar berburu rakyat telah gugur. Werkudara akan diangkat menjadi raja oleh rakyat negara tersebut, tetapi Werkudara menolaknya. Saat ditanya hadiah apa yang ingin diraihnya, Werkudara menjawab hanya ingin dua bungkus nasi. Kemudian setelah mendapatkan beras, Werkudara kembali ke hutan, kemudian keluarga pertapa Baratayuda rela berkorban demi kejayaan Pandawa di Jayabinangun. Arjuna pun berhasil mendapatkan dua bungkus nasi dari seorang yang peduli. Dewi Kunti, “Arjuna, makanlah nasimu sendiri!” dikatakan. Dewi Kunti selalu mengajarkan bahwa kita tidak boleh menerima apapun dalam hidup dari belas kasihan orang lain.

BACA JUGA  Bahasa Jawa Anjing

Laporan Individu Praktek Lapangan Terbimbing (plt)

Selain Gatotkaca dan Antareja, Werkudara juga memiliki putra yang ahli dalam peperangan air: Antasena, putra Bima, dan Dewi Urangayu, putri dewa air tawar Hyang Mintuna.

Astina tua kesal karena mengira Pandawa sudah mati karena enam mayat ditemukan di wisma yang terbakar. Para Korawa yang berbahagia menyadari bahwa Pandawa masih hidup ketika mereka mengikuti sayembara untuk menangkap Dewi Drupadi. Pandawa yang diwakili oleh Werkudara mampu memenangkan persaingan dengan membunuh Gandamana. Ada pula Sengkuni dan Jayajatra yang mengikuti sayembara sebagai Resi Drona namun kalah. Werkudara mendapat nama Wungkal Bener dan Bandung Bandawasa dari Gandamana. Setelah memenangkan sayembara, Werkudara memberikan Dewi Dropadi kepada saudaranya Puntadewa.

Setelah mengetahui Pandawa masih hidup, para sesepuh Astina seperti Resi Bishma, Resi Drona dan Yamawidura mendesak Raja Destarastra untuk memberikan hutan kepada Pamdawa Wanamarta untuk mencegah Korawa dan Pandawa bersatu dan menghindari perang saudara. . Akhirnya Destarastra setuju. Pandawa kemudian dihadiahi hutan Wanamarta yang indah.

Tags:

Share:

Related Post

Leave a Comment