Sultan Bayanullah

admin 2

0 Comment

Link

Sultan Bayanullah – Hingga tahun 2019, Keumarahayat menyandang gelar juara nasional tertua Indonesia. Cornelis de Houtman, laksamana Aceh yang berhasil mengalahkan para pelaut Belanda, lahir sekitar tahun 1550.

Baru pada tahun berikutnya, nama Keumalahayati diambil dari gelar pahlawan nasional tertua. Pada tahun 2020, Presiden Indonesia Joko Widodo menganugerahkan gelar Pahlawan Nasional kepada Sultan Barbra. Penguasa Kesultanan Ternate lahir sekitar tahun 1528.

Sultan Bayanullah

GNFI hanya memberikan fakta menarik mengenai karakternya, sehingga tidak dimaksudkan untuk menjadi kompetisi keduanya. Baik Keumalahayati maupun Sultan Barbra mempunyai kisah pertempuran tersendiri yang patut untuk diceritakan.

Solution: Ppkn Wps Office

Sebelumnya GNFI bercerita tentang perjuangan Keumarahayat yang disebut-sebut sebagai laksamana perempuan pertama di Indonesia atau dunia. Nah kini giliran Sultan Barbulla yang membahas kisahnya.

Sultan Barbulla yang memerintah wilayah surga harumnya Maluku tergiur dengan kedatangan orang Eropa sembarangan, termasuk Portugis. Para pendatang ini ingin menguasai perekonomian dan politik Maluku.

Sultan menunjukkan perlawanan yang jelas ketika diusir. Sultan Barbra yang merupakan pendukung toleransi membiarkan musuhnya menghindari pertumpahan darah di wilayah yang dikuasainya.

Barbulla lahir pada tanggal 10 Februari 1528 di Pulau Ternat dalam keluarga Sultan Khairun (1535-1570) dan istrinya Boqi Tanjung, putri sulung Sultan Alauddin I Bokon. Menurut beberapa sumber, namanya juga tertulis Bab Ullah atau Babullo Datu. Ssst.

Jual Kisah Kisah Pahlawan Nusantara (proumedia)

Sejak dini, Barbra belajar memahami ajaran Islam, serta cara berkomunikasi secara efektif dan mengamati operasional pemerintahan Kesultanan Ternate. Konon kepribadian bijak Sultan Khairun berasal dari Barbra. Kecerdasan Barbura dan sikapnya yang rendah hati mendorong Gubernur Antonio Galvao (1537-1540) mengusulkan kepada Sultan Khairun agar Barbura belajar di Universitas St. Paul di Goa, India.

Sebelum diangkat menjadi sultan, Barbra mendapat pendidikan politik. Tentu saja ia mengetahui sistem pemerintahan yang dijalankan oleh ayah dan nenek moyangnya yang diprakarsai oleh Portugis dan Spanyol.

Kecerdasan spiritual dan emosionalnya membuat Barbra muda menjadi panutannya. Ia kemudian diangkat menjadi Kapita Rao (Panglima Marinir), jabatan militer tertinggi di Kerajaan Ternat. Karena jabatannya tersebut, ia diwakili dalam berbagai ekspedisi, terutama ke wilayah Goa, Selayar, Buton, Tobungku, Banggai, Makassar, Nusa Tenggara Timur, Seram dan Ambon bahkan hingga Mindanao.

Barbra pertama kali menikah dengan Beka, putra keluarga bangsawan Sulawesi Selatan. Pada tahun 1571, Barbulla menikah untuk kedua kalinya dengan adik Tidor Sultan Iskandar Sani. Mereka memiliki lima anak. Mandar, Saiduddin, Barakati, Aynalyakin dan Randgaro.

Dinsos Kota Ternate Kunjungi Makam Pahlawan Nasional Sultan Baabullah

Masyarakat Ternate dan Maluku murka atas terbunuhnya Sultan Khairun pada 28 Februari 1570. Penyebabnya adalah pengkhianatan Diogo López de Mesquita, gubernur Portugis di Maluku.

BACA JUGA  Sebutkan Tiga Unsur Dalam Wawancara

Sepeninggal ayahnya, Barbra menjadi Kesultanan Ternate yang baru. Di bawah sumpah, ia berjanji tidak akan berhenti mengusir Portugis dan wilayah Maluku, serta meminta ekstradisi Mezquita ke pengadilan.

Perang tersebut terjadi di bawah pimpinan Sultan Barbra. Benteng Nostra Senhora del Rosario dikepung oleh pasukan Sultan dan mereka juga diperintahkan untuk memutus komunikasi dengan dunia luar. Strateginya adalah membatasi persediaan makanan agar penghuni kastil bisa bertahan hidup.

Sultan Barbra mampu menguasai benteng tersebut dengan paksa. Namun ia tidak sanggup menanggungnya, karena masyarakat Ternate yang menikah dengan Portugis juga menduduki benteng ini. “Sultan Barbura mengusir Portugis dari negaranya dengan penuh toleransi. Perlindungan hak asasi manusia,” kata Guru Besar Program Studi Sejarah Universitas Indonesia Bondan Kanumoyoso dalam seminar nasional di Universitas Indonesia di Depok pada Desember 2019.

The Bodyguard Of The Sultan Of Ternate In Singapore Stock Photo

Meski bersikap “ramah” terhadap Portugis di benteng Nostra Senhora del Rosario, Sultan Barbura tidak melupakan sumpahnya. Ia membatalkan segala keistimewaan yang diberikan Sultan Khairun kepada Portugis, terutama terkait misi penyebaran agama Kristen.

Sultan Barbra memulai perang bayangan (perang pembebasan nasional). Beberapa wilayah yang diduduki Portugal diserang. Akibatnya, beberapa kapal berlayar dan melarikan diri dari Ternat menuju Ambon. Mendengar kabar tersebut, Barbra langsung mengirimkan lima kapal kola kola dan 500 prajurit pamannya Kapita Karakinko ke Ambon.

Pulau Buru berhasil direbut Portugis, setelah itu Kapita Karakinko berangkat ke Hitu dan menyerang Portugis bersama sukunya. Perang di Hitu Selatan berlangsung sengit dan berakhir dengan kematian Kapten Karakinko. Beberapa bulan kemudian, tepatnya awal tahun 1671, Barbra menyusun strategi untuk melumpuhkan pasukan Portugis di Hitu dan Ambon dengan mengirimkan armada di bawah pimpinan Capita le Reali. Misi ini berhasil merebut Hitu Selatan. Armada yang dipimpin Ru Liing berhasil menduduki Hitu, Bulu, Seram dan sebagian Laut Tomini.

Pasukan ekspedisi Barbulla menyerang wilayah Moro-Halmahera, Bakan dan Morotai, bergerak ke utara menuju pantai timur Halmahera, membunuh setiap orang Portugis yang menemui perlawanan. Pulau Buchanan berhasil direbut dan Portugis diusir pada tahun 1571. Raja dan rakyatnya terpaksa meninggalkan agamanya.

Kakanwil Kemenkumham Malut Sambut Kunjungan Kepala Bnn Di Bandara Sultan Baabullah Ternate

Pada masa perang, jalan darat dan laut dijaga ketat oleh para prajurit Kesultanan Ternate, sehingga tidak ada bantuan yang dikirimkan ke benteng yang dikepung selama hampir lima tahun itu. Portugis tidak dapat menerima bantuan apapun baik berupa tentara maupun logistik dari Goa (India) atau wilayah Ambon.

BACA JUGA  Wanara Tegese

Saat tentara Portugis mengepung benteng, Sultan Barbra tetap berdiam diri di istananya. Ia berlayar ke Buton dengan kekuatan empat orang. Memilih menyerang wilayah Buton, selain kehadiran Portugis di wilayah tersebut, juga diperkirakan Portugis dari Ambon, Hitubulu, Seram dan sebagian wilayah Teluk Tomini akan berkumpul di Buton. Serangan terhadap Button tidak berlangsung lama dan Barbra berhasil dalam perang tersebut. Ia pun diangkat menjadi kepala suku Button dan dihormati di sana.

Ternat mencapai puncak kejayaannya pada masa pemerintahan Sultan Barbra. Wilayah kekuasaan dan pengaruhnya terbentang dari Sulawesi bagian utara, tengah, dan timur hingga Kepulauan Marshall di timur.

Di sisi lain, wilayah nusantara bagian utara dan Filipina bagian selatan juga merupakan bagian dari wilayah kekuasaan Sultan Barbulla, begitu pula Nusa Tenggara di bagian selatan. Perwakilan yang disebut sultan atau sangazi ditugaskan pada setiap daerah atau daerah.

Pemkot Ternate Dan Warga Akan Lakukan Penjemputan Gelar Pahlawan Sultan Baabullah

Pelancong Inggris Francis Drake menyebut Sultan Barbra sebagai penguasa 100 pulau. Sebaliknya, ahli geografi Belanda Valentine (1724) menyebutnya sebagai penguasa 72 negara/pulau.

Sebagai penguasa kesultanan besar, Sultan Barbra menjalin kerja sama politik dengan kerajaan lain. Mengikuti kebijakan ayahnya sebelumnya, ia bersekutu dengan Aceh dan Demak. Saat itu, ada tiga orang yang ingin mengusir Portugis dari wilayah nusantara. Persatuan Aceh-Demak-Ternate merupakan simbol persatuan nusantara, karena merupakan persatuan terbesar dan terkuat pada saat itu. Ketiga insan ini menyatukan tiga wilayah nusantara – bagian barat, tengah, dan timur – dengan ikatan persaudaraan. Seiring dengan pembangunan kembali yang dimulai oleh kakeknya Sultan Ternat Zainal Abidin (1486-1500).

Ketika Barabla memimpin perang melawan Portugal, perang tersebut mempunyai nilai-nilai Islam yang sangat menonjol. Laporan Serikat Yesus saat itu sangat yakin bahwa mayoritas jamaah haji (pendeta) yang datang ke Maluku berasal dari Makkah, Aceh, dan Malaya. Mereka mewarisi keistimewaan dan hukum Islam. Orang Turki juga melakukan perjalanan dari Sumatra ke Ternate.

Meski cara berdiplomasi Barbura mengandung unsur Islam, bukan berarti ia tidak menyukai orang Eropa. Hal ini terbukti pada tanggal 9 November 1579, ketika Francis Drake tiba di Ternate sebagai komando Hindia Emas yang berbobot 100 ton. Barbra menyambut baik kedatangan ekspedisi dari Inggris itu dan sempat melakukan jual beli biji-bijian di Ternate.

Foto] Presiden Anugerahkan Gelar Pahlawan Nasional Kepada Enam Tokoh

Pada Hari Pahlawan 10 November 2020, Sultan Barbra dinobatkan sebagai pahlawan nasional. Penghargaan ini diterima langsung oleh Hidayat Mudafarshah selaku penggantinya.

BACA JUGA  Makalah Kolonialisme Dan Imperialisme

Empat hari kemudian, Hidayat menyerahkan plakat dan penghargaan kepada Ternate. Saat pesawat tiba di Bandara Sultan Barbrai Ternate, Gubernur Maluku Utara, Walikota Ternate, serta organisasi adat dan warga Ternate menggelar prosesi penyambutan plakat penghargaan. Kemudian dua buah sertifikat diserahkan kepada Walikota Ternate dan dibawa ke Istana Ternate.

Dalam kesempatan tersebut, Hidayat bercerita tentang pesan ayahnya, Sultan Mudafarshah. Saat itu, ayahnya berpesan kepada Sultan Barbra untuk menerapkan nilai-nilai humanisme pendahulunya sebagai pahlawan nasional. Ia pun berharap rekonstruksi sejarah Indonesia sejak kedatangan Portugis ke nusantara juga terjadi.

Pengakuan Sultan Barbura sebagai pahlawan nasional mau tidak mau akan membawa pada rekonstruksi sejarah bahwa sejarah penjajahan di nusantara dimulai dari kedatangan Portugis, bukan kedatangan Belanda. Tidak, jelas Hidayat.

Sang Penakluk Portugis Itu Bernama Sultan Baabullah

Artikel ini ditulis oleh Sahabat GNFI sesuai kaidah penulisan GNFI. Penulis bertanggung jawab atas isi artikel ini. Menulis sebuah laporan.

Terima kasih telah melaporkan penyalahgunaan yang melanggar peraturan dan praktik tertulis GNFI. JAKARTA – Api perlawanan untuk mengusir Portugis dari tanah Ternate tersulut saat Barbra Datu Shah dilantik menjadi sultan. Balas dendamnya atas kematian ayahnya, Sultan Khairun Jamil, semakin bertambah akibat kebrutalan penjajah.

Martín Alfonso Pimenta, keponakan López de Mesquita, gubernur Ternate Portugis dan orang yang merencanakan pembunuhan Heyrun de Kelis. Tubuhnya dipotong-potong secara brutal, diekspos, dan kemudian ditenggelamkan ke dasar laut.

Kejadian tersebut menimbulkan kebingungan. Pengawal Kairun melaporkan bahwa Barbra sedang marah. ketika jenazah ayahnya ditemukan. Di hari yang sama, Barbura langsung naik takhta untuk terus berkuasa.

Pengusulan Pahlawan Nasional, Riwayat Sultan Baabullah Perlu Digali Serius

Dia bersumpah akan membalas dendam. Darah harus dibayar. Barbra tidak akan berhenti sampai para pembunuhnya tertangkap.

Plot Portugis menjadi akar tragedi yang membuat marah Barbura dan penduduk Ternate. Setelah tentara Portugis berhasil dipukul mundur oleh serangan tentara Ternate, Hirun tergoda oleh bualan manis Mezquita dan menandatangani perjanjian damai.

Sampai saat itu, Portugis terlibat dalam kebijakan konflik satu sama lain. Kerajaan Ternate dan Maluku saling berkonflik. Kami mulai berkelahi satu sama lain. Portugis kemudian dapat dengan mudah mengontrol dan memonopoli perdagangan. Saat itu Ternate merupakan jalan yang sangat menarik.

Sultan residence, hotel sultan, slot sultan, terjemahan kitab bayanullah, the sultan, sultan palace, villa sultan, sultan, sultan mosque, sultan hostel, sultan senayan, kitab bayanullah

Tags:

Share:

Related Post

Leave a Comment