Tasawuf Ahlussunnah Wal Jamaah Tanpa Meninggalkan

admin 2

0 Comment

Link

Tasawuf Ahlussunnah Wal Jamaah Tanpa Meninggalkan – Ketika Imam Ahmad bin Isa Al-Muhajir pindah ke kota Hadramaut, ia membawa serta ajaran tasawuf, dan mendakwahkan akidah Ahl al-Sunnah wal Jama’at dan mazhab Syafi’i.

Meski demikian, ia tetap mengamalkan ajaran Ahl al-Bayt dan ajaran orang-orang sebelum dia. Kemudian tasawuf mulai menyebar luas pada masa pemerintahan putranya, Imam Ubaydullah bin Ahmad, dan terus berkembang dari waktu ke waktu, mencapai puncaknya pada masa pemerintahan Ustadzul-Azam al-Faqih al-Muqaddam. Muhammad bin Ali Ba Alavi. Tasawuf berkembang seiring dengan tumbuhnya generasi al-Muhajir, serta perkembangan teologi dan ilmu umum.

Tasawuf Ahlussunnah Wal Jamaah Tanpa Meninggalkan

Al-Faqih al-Muqaddam mengambil pelajaran dari banyak profesor fiqih dan tauhid, menghafal Al-Qur’an dan mempelajari tasawuf hingga menjadi imam besar, referensi ilmiah. Selama waktu itu, ia menciptakan ajaran tasawuf yang dikenal sebagai Tariqah Alawiyah. Metode Fiqh dan tasawuf digunakan untuk memperkuat dakwahnya.

Adab Mencari Ilmu (tasawuf)

Sejak namanya dikenal hingga Maghrib (Maroko), ia menarik perhatian seorang tokoh sufi di sana, yakni Syekh Abu Madya. Orang ini mengutus Syekh Abd al-Rahman al-Muqaddi untuk menemui al-Faqih al-Muqaddam untuk menjadi salah satu muridnya. Dalam perjalanan ke Tarim, Hadramaut Syekh Abdurrahman, yang tiba di Makkah, meninggal. Sebelumnya, ia mengeluhkan melanjutkan pekerjaan dan aktivitas gurunya Syekh Abdullah Ash-Saleha. Oleh karena itu, Syekh Abdullah berjanji setia kepada gurunya, Syekh Abu Madyan, dan mengenakan khirqa berupa baju sufi al-Faqih al-Muqaddam. Setelah itu, ia terus belajar fiqh dan ilmu-ilmu lainnya, meskipun ia seorang sufi.

Ia mampu memadukan konsep-konsep ilmu dengan ajaran tasawuf. Sejak saat itu, tasawuf banyak dianut oleh masyarakat Hadramaut, khususnya suku Alawi.

Tasawuf menjadi metode utama dalam ajakannya, yang menekankan pada perilaku yang baik dan kesucian hati dalam mengajak manusia kepada kebaikan. Ia meninggalkan cara kekerasan dalam berdakwah. Dalam sejarah kekerasan dalam berdakwah. Dalam sejarah yang paling terkenal, Amar Maruf dan Nahi Munkar yang patah pedangnya setelah memasuki dunia tasawuf masih terdorong dengan cara yang berbeda, kekerasan dapat dihindari, banyak orang yang tertarik dan belajar darinya pada masanya. Pelaksanaan landasan atau pondasi Tariqat Alawiya sudah dimulai, meskipun dalam bentuk yang longgar. Yang utama adalah membersihkan hati dari penyakit, memperkuat ilmu tauhid dan hukum, sehingga perpaduan ini menjadi bidang ilmu yang paling menarik saat itu.

Bahkan, sekte Alawiya sering bersekutu dengan sufi lain dalam hal praktik spiritual. Hanya saja dia memilih yang benar dalam kisah Salafi sejatinya, yaitu mengikuti semua yang telah dilakukan para pendahulunya dan menekankan pengamalan ilmu sebagai pilar utamanya. Sebuah pernyataan yang jelas dibuat oleh Imam Abdurrahman bin Abdullah Bilfaqih: “Validin, salah satu sekte sufi yang dasarnya adalah Kitab Allah dan Sunnah Nabi (saw) untuk bersaksi bahwa semua berkah datang dari Allah (Syuhudul- Minnah) Tujuannya adalah untuk mendapatkan pencerahan (Wusul) untuk mengikuti teks dengan perhatian khusus kepada para pemimpin agama (ushul) dan menyucikan mereka. Zaran adalah bagian dari ilmu agama dengan melakukan amal shaleh dan menciptakan posisi spiritual (suasana hati) di dalam, serta menjaga rahasia sesuai perilaku, dan cemburu ketika rahasia terungkap. “.

BACA JUGA  Aplikasi Merupakan Salah Satu Jenis Seni Lukis Hias Yang Terbuat Dari

Tajuk 22 Kajian 24 Takhassus 27 Fikrah 29 Resensi 31 Resensi Ii 33 Nisaiyat

Kemudian, Imam Abdurrahman Bilfaqih menjelaskan: “Menggunakan ilmu dengan bijak, seperti yang diajarkan oleh Imam Ghazali.” Secara internal, Tarekat didefinisikan oleh Syadziliya, yaitu, “Tahqiqul-haqiqah wa tajrid al-tauhid” (menciptakan kebenaran dan menghilangkan tauhid). ) yaitu tasawuf dzaugi, dalam kandungannya, adalah menghilangkan sifat orang yang memiliki kedudukan spiritual yang tinggi dalam hubungannya dengan Allah Taala dan mampu melihat peristiwa-peristiwa ketuhanan. Inilah puncak perjalanan Salik yang disebut as-Syar Fillah. Sekte ini berhak untuk tidak terlalu angkuh seperti aliran sufi lainnya, karena inti dari aliran Alawiya adalah menciptakan makna. diajarkan oleh Imam al-Ghazali, yang meliputi belajar ilmu secara terus menerus dan mengikutinya.

Tariqat Alawiyyah memiliki hak untuk menjadi jalan pendidikan dan disiplin, tetapi juga merupakan bagian penting dalam penyebaran Islam dan konversi banyak orang di wilayah yang sangat luas. Melewati India ke Malaysia, Burma, Indonesia, Filipina, Sri Lanka dan hampir seluruh Asia Tenggara, Pantai Timur Afrika, dll.

Sistem ini juga bersifat terbuka dan mudah beradaptasi dengan lingkungan masyarakat yang menggunakannya. Fitur ini memainkan peran utama dalam penyebaran cepat elemen budaya lokal yang dapat diterima ke orang yang berbeda tanpa mengorbankan prinsip dan landasan agama yang membentuk pilar sistem ini. Seiring berjalannya waktu, turun temurun, Thariqah Alawiyah dibuat dan diajarkan oleh Syekh Abudrrahman Saqqaf bin Muhammad Maulad-Davilah dan dilanjutkan dan dipersonifikasikan oleh putranya Syekh Omar Muhdhar, yang sangat terkenal dengan kedermawanan dan ilmunya. tasawuf kemudian.

Menurut Muhammad bin Abu Bakar As-Sili, ia adalah seorang imam yang mencapai posisi mujtahid sepenuhnya dalam ilmu Syariah dan meninggal dalam keadaan berlutut saat shalat Zuhur. Pamannya Syekh Abdullah Al-Alaydruus (Al-Akabar) bin Abu Bakar al-Sakra dan Ali bin Abu Bakr al-Sakran, keduanya sangat terkenal sebagai ulama besar dalam Syariah, tasawuf dan bahasa. Mereka aktif dalam berdakwah dan aktif dalam beribadah. Syekh Ali bin Abu Bakar al-Sakran menulis puisi yang terkenal dan banyak dibaca hingga abad ke-21.

BACA JUGA  Penting Untuk Diketahui, 4 Tanda Kulit Wajah Sehat Menurut Dermatolog

Pentingnya Ilmu Tasawuf (2)

Imam Abdullah al-Haddad menyebutkan bahwa dia adalah Salaf Ba Alawi terakhir yang harus ditaati dan diteladani. Garis keturunan tokoh Al Ba Alawi berakhir dengan tokoh tasawuf terbesar pada masanya, Syekh Abu Bakar bin Salim yang dikenal dengan Fakhrul Wujud. dia adalah penjaga Tuhan, sangat berpengetahuan dan sangat murah hati.

Ada banyak qasidas yang berisi puji-pujian kepada Allah dan pengulangan doa dalam bentuk virid yang disusun oleh-Nya, di antaranya al-Wird al-Kabir dan al-Wird al-Shagir. Syekh Abu Bakar bin Salim memiliki seorang putra bernama Hussain, yang merupakan seorang Syekh dan guru banyak ulama pada waktu itu.

Sejak zaman Faqih al-Muqaddam hingga abad ke-11, ajaran Syariah dan tasawuf disebarkan oleh para imam. Setelah periode ini, kepribadian Ulama al Ba Alavi kemudian dikenal sebagai Habib. Saat itu salah satu murid Habib Husain bin Syekh Abu Bakar bin Salim yaitu Habib Umar bin Abdurrahman Al-Attas adalah seorang ulama yang sangat rendah hati dan jamaah yang melanjutkan ajaran yang dibawa oleh selirnya. Dia menyusun Ratibul Attas yang sering diucapkan dan dilakukan di berbagai tempat hingga saat ini. Saat itu, nama Habib sangat terkenal karena orang-orang ini dicintai oleh murid-muridnya dan orang-orang di daerah tempat tinggalnya.

Habib Omar selalu didampingi oleh ajudan dekatnya Syekh Ali Baras. Kecintaan Habib Umar kepada pembantunya begitu besar sehingga dia mewariskan bahwa jika dia lewat dan seseorang membacakan Fatihah untuknya, dia akan menambahkan nama Syekh Ali Baras dan memiliki salah satu teman istimewanya di sisinya. dan murid-muridnya adalah al-Habib Abdullah bin Alavi al-Haddad, seorang ulama terkemuka dari Al Ba Alavi yang memiliki daya pikir, daya ingat, dan daya ingat yang luar biasa. Dia adalah seorang sufi dan pembaharu pada masanya, dan pemikirannya menjadi dasar tasawuf pada generasi Bani Alawi hingga hari ini.

Divergensi Sufi Sunni Dan Sufi Falsafi

Dia hafal Al-Qur’an sejak kecil, dia fasih dalam ilmu Syariah dan tasawuf, dan dia memiliki kemampuan bahasa yang sangat baik. Orang-orang memanggilnya Imam karena kemampuan dan karakternya. Dari sana, sekte Alaviyyah muncul dengan pola ajaran yang luas yang menjadikannya sebagai sekte publik yang dapat diajarkan dan dipraktikkan oleh setiap Muslim. Dia adalah seorang reformis yang meletakkan lima prinsip pendidikan bagi seseorang untuk mencapai tingkat tertinggi.

BACA JUGA  Cara Menghilangkan Kutu Pada Anak Restoran Mandala

Dia juga menyertakan doa dan dzikir yang dapat membawa orang ke kehidupan yang damai luar dan dalam. Duas dan Dzikir berupa tilawah dan ritual pagi dan sore yang dikenal dengan Al-Wirdul-Lathif dan Ratibul Haddah. Meskipun Imam Abdullah bi Alavi Al-Haddad memiliki penglihatan yang terbatas, tetapi hatinya tajam, ia mulai menulis puisi (divan) di masanya tentang teologi, tasawuf, dan pujian dan nasihat kepada Tuhan. Ini ditujukan untuk Bani Alavi, tetapi juga untuk umat Islam pada umumnya. Beliau adalah salah satu orang yang paling produktif hingga saat ini dalam menulis banyak buku yang menjadi referensi para ulama tasawuf dan keluarga Alawi. Di antara buku-bukunya yang paling terkenal adalah “Risala al-Muawana”, “Ad-Da`wat-Tamma”, “al-Fushul-il-Ilmiya”, “Tasbitul-Fuad”, “an-Nsaih ad Diniya” dan lain-lain.

Selain putranya, Habib Hasan bin Abdullah Al Haddad, ia memiliki tujuh murid terkenal. Murid utama Imam Haddad adalah al-Habib Ahmad bin Zayn al-Habs, yang melanjutkan ajaran tarekat ini dan menyempurnakan serta menjelaskan lima rukun tarekat Alavi, yaitu ilmu, amal, wara, al-khauf dan khlas. , dalam contoh pengajaran tentang tasawuf. Murid keduanya adalah Habib Abdurrahman bin Abdullah Bilfaqih, yang dikenal sebagai ulama besar yang berperan besar dalam menjelaskan ajaran Imam Haddad.

Murid ketiganya adalah Habib Muhammad bin Zain bin Sumeys. Dia adalah penulis utama buku-buku tentang pemikiran dan nasihat Imam al-Haddad, tulisannya sekarang tersebar luas di kalangan masyarakat. Imam Haddad memiliki jasa yang sangat baik untuk melestarikan ajarannya. Murid keempat adalah Habib Omar bin Zain bin Sumaith yang merupakan adik dari Habib Muhammad bin Zain bin Sumaith. Dia adalah ayah dari al-Habib al-Qusb Ahmad bin Omar bin Sumeis. Murid kelima adalah Habib Umar bin

Metode Pemikiran Dan Pokok Pokok Ajaran Ahlussunnah Wal Jamaah

Tasawuf ahlussunnah wal jamaah, risalah ahlussunnah wal jamaah, ahlussunnah wal jamaah, kitab hujjah ahlussunnah wal jamaah, buku aqidah ahlussunnah wal jamaah, aqidah ahlussunnah wal jamaah, i tiqad ahlussunnah wal jamaah, imam tasawuf ahlussunnah wal jamaah, terjemah kitab risalah ahlussunnah wal jamaah, kitab ahlussunnah wal jamaah, terjemah hujjah ahlussunnah wal jamaah, kitab risalah ahlussunnah wal jamaah

Tags:

Share:

Related Post

Leave a Comment