Tembung Pujangga Tegese

admin 2

0 Comment

Link

Tembung Pujangga Tegese – 7°36’29” LU 110°12’14” BT  /  7.608° LU 110.204° BT  / -7.608; 110.204 Koordinat: 7°36’29″S 110°12’14″BT  /  7.608°W. 110.204°BT  / -7.608; 110.204

Barabudur (ejaan bahasa Indonesia: Borobudur) adalah tempat peribadatan para penganut agama Budha Mahayana sejak abad ke-9 di Magelang, dekat Muntilan, Jawa Tengah, Indonesia. Ini adalah situs ziarah Buddha terbesar di dunia.

Tembung Pujangga Tegese

Talund (platform) Darfur terdiri dari sembilan bagian, enam bujur sangkar dan tiga lingkaran, dengan stupa tinggi di tengahnya, 2.672 panel relief, dan 504 arca Buddha. Stupa-stupa di puncak masing-masing dikelilingi oleh 72 patung Buddha di dalamnya. Stupa berlubang.

Bahan Ajar Bahasa Jawa Kelas Xii

Dibangun pada masa pemerintahan Dinasti Shailendra pada abad ke-9, desain kuil ini didasarkan pada arsitektur Jawa-Buddha dan menggabungkan unsur pemujaan leluhur Indonesia dengan kepercayaan Buddha tentang pencapaian nirwana.

Yasan Barabudur merupakan tempat ziarah dan ziarah bagi umat Buddha. Ziarah dimulai dari bagian bawah sepanjang Yasan Vata Veeti dan melewati tiga tahap simbol kosmologi Buddha: Kamadatu (dunia keinginan), Rupadatu (dunia gambar) dan Arudhatu (dunia monumen). ) dan terus naik. Terdapat 1.460 anak tangga dan anak tangga peziarah, keterangannya terdapat di dinding dan railing. Barabudur adalah rumah bagi koleksi relief Buddha terlengkap di dunia.

Bukti menunjukkan bahwa Barabudur didirikan pada abad ke-9 dan kemudian hancur seiring dengan jatuhnya kerajaan Hindu Jawa dan masyarakat Jawa masuk Islam.

Dunia baru mengenal Barabudur pada tahun 1814, berkat kabar bahwa Thomas Stamford Raffles tinggal di Jawa sebagai warga negara Inggris. Penduduk setempat memberitahunya tentang kedatangan Barabudur.

Lkpd Serat Wedhatama Pupuh Pocung Worksheet

Sejak itu, Barabudur telah beberapa kali dikalahkan. Antara tahun 1975 hingga 1982, Presiden Indonesia dan UNESCO menandatangani budidaya (restorasi) Maluya, dan Barabudur kemudian dimasukkan sebagai salah satu Situs Warisan Dunia UNESCO.

Barabudur adalah situs suci Buddha terbesar di dunia dan situs arkeologi terbesar di Asia Tenggara, bersama dengan Bagan di Myanmar dan Angkor Wat di Kamboja. Barabudur tetap menjadi situs ziarah yang populer saat umat Buddha Indonesia merayakan Waisak (bahasa Indonesia: виск) di kuil tersebut. Barabudur menjadi satu-satunya destinasi wisata di Indonesia yang lebih banyak dikunjungi wisatawan.

Dalam bahasa Jawa, tempat ibadah kuno disebut candi. Oleh karena itu, penduduk setempat menyebut “Kuil Barabudur” Vihara Barabudur. Kata “candi” memiliki arti luas dan dapat digunakan untuk merujuk pada banyak bangunan kuno seperti gapura atau gapura. Namun asal usul nama Barabud tidak diketahui.

BACA JUGA  Lomba Pacuan Kuda Memanfaatkan Jenis Gaya

Raffles menulis tentang seorang Yasan bernama Barabud, dan tidak ada aksara kuno untuk nama tersebut.

Contoh Tembang Gambuh, Beserta Pengertian Dan Maknanya

Satu-satunya huruf Jawa yang lebih relevan adalah surat Nagarakretagama yang ditulis pada tahun 1365 oleh penyair Buddha Mpu Prapanka dari Majapahit, yang menyebut Buddha sebagai salah satu ajaran umat Buddha.

Seringkali candi diberi nama yang sama dengan desa tetangganya. Menurut tata bahasa Jawa, jika desa tetangganya yaitu desa Bara diberi nama yang sama, maka seharusnya disebut “Budur Bara”. Raffles berpendapat bahwa Budhur mungkin ada hubungannya dengan kata Jawa Buda (berarti “kuno”). Oleh karena itu nama “Bara Kuna”. Ia juga menemukan bahwa namanya mungkin berasal dari kata bara, yang berarti “besar” atau “tinggi”. Ada Buddha yang artinya “Buddha”.

Pendapat lain mengenai asal usul nama ini adalah arkeolog Belanda A. Burnet Kempers yang berpendapat bahwa Barabudur merupakan varian bahasa Jawa dari Viyara Beduhur bahasa Sansekerta atau Vihara Buddha Uhr. Kata Buddha-Ur berarti “Kota Buddha”. Berasal dari kata Jawa kuno beduhur, yang masih berasal dari bahasa Bali duhur atau lubur, yang berarti “tempat tinggi”. Oleh karena itu, Barabudur merupakan tempat pemujaan Buddha di tempat tinggi atau pegunungan.

Yasa dan Kepyakingi Yasana suci Buddha, yang disebut Barabudur, disebutkan dalam dua prasasti yang ditemukan di Kedu, Provinsi Temanggung. Prasasti Karangtena yang ditulis pada tahun 824 M menyebutkan bahwa Jinala (dunia manusia yang telah mengatasi nafsu duniawi dan mencapai pencerahan) diberikan kepada Pramodhavardhani, putri Samaratunga. Prasasti Tri Tepusan tahun 842 M menyebutkan tanah Sima (tanah bebas pajak) yang diberikan oleh Sri Kahalunnan (Pramodhavardhani) untuk menyelamatkan dan menghormati orang besar bernama Bhumisambhara.

Soal Xi I 22 23

Kamulan kemungkinan merupakan salah satu ritual pemujaan leluhur masyarakat Sailendra dan berasal dari kata “mula” yang berarti “tempat tinggal”. Kasparis percaya bahwa bahasa Sansekerta Bhumi Sambhara Bhudhara, yang berarti “gunung sepuluh tingkat utama Bodhisattva”, adalah nama murni Barabudur.

Barabudhur, 40km barat daya Yogyakarta dan 86km barat Surakarta, dikelilingi oleh dua gunung kembar, Sindara-Zumbin dan Merapi-Merbabu, serta Praga, terletak di ketinggian antara dua sungai: ) dan Elo.

Menurut warga setempat, tanah yang disebut Ngare Kedhu ini merupakan rumah budaya Jawa dan disebut “Taman Jawa” karena tanahnya subur dan cocok untuk pertanian.

BACA JUGA  Bagaimana Cara Melakukan Gerakan Di Bawah Ini

Ketika ditemukan pada awal abad ke-20, terungkap bahwa terdapat tiga tempat suci Buddha di kawasan tersebut: Barabud, Pavon, dan Mendut.

Sengkalan: Rangkaian Kata Penanda Masa

Konon ada upacara keagamaan di antara ketiga pujian tersebut, namun tidak diketahui apa upacaranya.

Keberadaan danau di sekitar Barabudur menjadi sumber perdebatan utama di kalangan arkeolog pada abad ke-20. Pada tahun 1931, penerjemah menulis tentang arsitektur Hindu-Buddha di Belanda di V.O. Nieuwenkamp berhipotesis bahwa Ngare Kedhu adalah sebuah danau dan Barabudhur mengapung di tengahnya karena pergerakan tunjung (bunga trate).

Barabut diyakini dibangun di atas bukit batu dengan ketinggian 265 meter di atas permukaan laut dan 15 meter di atas dasar danau tua (paleolake bed).

Bersama Mahaguru Tanikaimoni, Dumarchai mengumpulkan sampel tanah dari pemakaman di puncak bukit dan selatan pada tahun 1974 dan 1977. Tanikaimoni kemudian menguji sampel tanah, menguji komposisi getah dan spora, serta mengidentifikasi jenis tanaman yang tumbuh di sini selama pembangunan Barabudur. Menurut penelitian, getah dan spora tumbuhan yang tumbuh di badan air seperti danau, rawa, dan rawa tidak ditemukan. Konon lahan di sekitar Barabut dulunya merupakan lahan pertanian dan padalan (perkebunan dengan pohon-pohon tinggi) yang menjadikan Barabut seperti sekarang ini. Cesar Vaught dan ahli geomorfologi J. Nosin sekali lagi menganalisis hipotesis Danau Barabudur melalui survei lapangan pada tahun 1985 dan 1986 dan menemukan bahwa tidak ada danau di sekitar Barobudur yang dijadikan situs suci, bahkan ketika Danau Barobudur dibangun. Penemuan ini tertuang dalam laporan UNESCO tahun 2005 berjudul “Restorasi Borobudur” (Maluyakake Barabudhur). Tampilan baru pada beberapa pertanyaan lama tentang Borobudur (Nandi adalah tampilan baru pada beberapa pertanyaan lama tentang Borobudur).

Golekono Tegese Tembung Tembung Ing Ngisor Iki Ono Ing Kamus Bausastra Utowo Kamus Jawa Liayane​

Waktu pembangunannya diperkirakan dengan membandingkan relief yang terpahat di bagian bawah sampul Barabudur dengan prasasti kokoh yang terpahat di lantai keraton pada abad ke-8 dan ke-9. Barabudur konon didirikan sekitar tahun 800 Masehi.

Masehi, pada masa Dinasti Syailendra yang memerintah Keraton Mataram di Jawa Tengah. Titimansa dikaitkan dengan periode 760 hingga 830.

Saat ini, kekuasaan Shailendra tidak hanya berada di Kerajaan Sriwijaya, tetapi juga di Thailand selatan, India, dan Malaya utara (Keda, atau istana di Filipina, yang dikenal oleh orang India kuno sebagai Kadaram). pada catatan India). ).

BACA JUGA  40 Cm Berapa M

Tidak ada kepercayaan yang jelas mengenai penguasa Hindu atau Budha yang memerintah Jawa pada saat itu. Meskipun masyarakat Shailendra menganut agama Buddha, namun prasasti yang ditemukan di Sajamerta menegaskan bahwa mereka adalah penganut agama Hindu.

Tembang Kinanthi: Pengertian, Watak, Dan Contoh

Pada masa Shailendra, banyak candi Hindu dan Budha yang dibangun di depan dan sekitar perbukitan sekitarnya. Candi Budha, termasuk Barabur, dibangun bersamaan dengan candi Hindu Siwa bernama Prambanan. Pada tahun 732 M, seorang raja bernama Sanjaya yang merupakan pengikut Siwa memerintahkan pembangunan kuil Lingga Siwa di Gumuk Vukir, sekitar 10 km sebelah barat Barabudh.

Kuil Buddha, termasuk Barabut, dibangun karena Sanjay, juga dikenal sebagai Rakai Panakaran, menginstruksikan pengikut Buddha untuk membangun tempat suci.

Sebagaimana tercatat dalam “Kalasan Piyagema” tahun 778 M, Panakaran mendedikasikan desa Kalasan sebagai penghormatan kepada umat Buddha.

Kejadian ini membuat para arkeolog percaya bahwa tidak ada agama di Jawa, karena seorang raja Hindu melindungi candi Budha. Atau mungkin seorang raja Budha berperilaku seperti seorang kaisar.

Pdf) Javanese Family Ethic In Serat Salokatama

Oleh karena itu, konon saat ini dua keluarga kerajaan, Shailendra Buddha dan Sanjaya Shiva, sedang bersaing memperebutkan pengaruh. Perlombaan Sanjay dimenangkan oleh Sailendra dalam Pertempuran Plato Ratubaka pada tahun 856.

Dugaan ini juga terkait dengan Candi Rara Jonggrang di Prambanan yang dibangun oleh Rakai Pikatan untuk menyaingi Barabudhur, karena silsilah Sanjay menyimpang dari silsilah Syailendra.

Barabudur sama sekali tidak dikenal karena abu vulkanik dan bencana alam selama berabad-abad. Mengapa Barabudur hidup? Tidak diketahui kapan Kuil Yasasa dimulai dan kapan umat Buddha berhenti mengunjunginya. Antara tahun 928 dan 1006, Ratu Mpu Sindok memindahkan ibu kota kerajaannya, Istana Medang, ke lokasi dekat gunung yang pernah meletus beberapa kali di Jawa bagian timur. Penyebab kematian Barabudur tidak jelas, namun beberapa sumber menyatakan bahwa mungkin inilah saat kematian Barabudur.

Prasasti Mpu Prapancha Asesira Nagarakretagama mencatat “Viara Budurhi” pada tahun 1365 pada masa Majapahit.

Solution: Materi Geguritan Pdf

Seokmono (1976)

Gawok tegese, misuwur tegese, pawiyatan tegese, tegese pawarta, tegese, tembung saroja lan tegese, tumpeng tegese, tembung angel lan tegese, wasis tegese, tegese tembung angel, tembung, tembung tegese

Tags:

Share:

Related Post

Leave a Comment