Ubarampe Tingkeban

administrator

0 Comment

Link

Ubarampe Tingkeban – – Momen spesial adalah hal yang patut disyukuri dalam hidup. Ada banyak cara untuk merayakan momen ini. Salah satu tradisi Jawa yang paling populer adalah Tengkiban. Ritual Tengkiban merupakan acara khidmat yang berlangsung pada bulan ketujuh kehamilan. Namun tradisi Tengkiban hanya berlaku bagi anak pertama yang lahir dari ibu.

Menurut banyak sumber, proses acara Tengkiban diawali dengan mandi yang dilakukan oleh sesepuh dan pihak suami. Namun setelah masuknya Islam, gerakan ini mengalami budaya aliran sesat. Sebelum acara Sirman biasanya diawali dengan pembacaan Surah Fatiha, Surah Ikhlas (3x), Surah Al-Falaq (1x), Surah Al-Nas (1x), Ayat al-Karsi (7x) dan Surah Luqman. . Dan Maryam

Ubarampe Tingkeban

Ritual Tengkiban ini untuk mendidik anak sebagaimana anak masih dalam kandungan ibu. Dalam upacara Tengkiban ini ibu dimandikan dengan air yang dicampur bunga sitaman. Acara Seraman juga diiringi dengan doa kepada Tuhan Yang Maha Esa agar sang anak lahir sehat dan selamat dalam kandungan.

Mitoni, Tradisi Slametan Kehamilan Masyarakat Jawa

Tradisi Tengkiban ini diyakini sudah dilakukan sejak masa pemerintahan Raja Jiabaya di Kerajaan Kadiri. Kutipan dari jurnal Iswah Adrian Niloni, Mitoni atau Tengkiban menyebutkan, ada sepasang suami istri dengan sembilan orang anak. Namun, tidak semua anak mereka berumur panjang.

Sepasang suami istri bernama Sadio dan Nikan Stankib kemudian mengadu kepada raja atas pelanggaran mereka. Raja kemudian meminta Satangkiba untuk mandi di air suci tersebut pada hari Rabu dan Sabtu dengan menggunakan cawan cangkang dan berdoa.

Usai mandi, Stankab mengenakan pakaian bersih. Kemudian dia melemparkan dua buah kelapa gading ke celah antara perut dan pakaiannya. Saat Satangkiba hamil, dia mengikatkan daun gula willow di sekitar perutnya dan memotong daunnya menjadi kari. Semua petunjuk ini harus diikuti secara teratur dan hati-hati. Sejak saat itu, masyarakat Jawa melakukan ritual Tengkiban secara turun temurun.

Menurut berbagai sumber, perlengkapan tradisional Tengqiban terbagi menjadi dua bagian, yaitu perlengkapan elit dan perlengkapan rakyat jelata.

Tahapan Dan Makna Selamatan Orang Meninggal Dalam Adat Tradisi Masyarakat Jawa

Untuk tingkeban besar, upacaranya antara lain: Tumping Plek, Tumping Rubiong, Sekol Asrep-Esrepan, Kelapa, Ayam Hidup, Jajanan Pasar dan Lima Macam Bubur.

Sementara itu, berbagai jenis makanan yang disuguhkan dalam acara Sulaiman antara lain nasi tujuh jenis, nasi kombinasi, kulit ayam, minyak sayur, candu, kulak ketan, nasi asin, nasi keju, ketupat, anangkang, rajak, davit. , air mawar dan tabunan. . Teruskan.

BACA JUGA  Fungsi Dinding Kaca Bagian Dalam Pada Termos Adalah Untuk

Sedangkan untuk masyarakat umum, sajian yang disajikan di Tengkiban antara lain sarapan pagi pasar, sego hingan, ginning spin abang, ginning baro baro, emping, sego golong, berdebar rubyong, sego levit dan bunga talon.

Sedangkan acara Sulaiman meliputi sego ambingan, sego asin, jajanan pasar, kulak nasi, candu, sego jajan, pisang raja, oh tomping, ginning dan kembang gula.

Tingkeban, Tradisi Jawa Saat Usia Kandungan Tujuh Bulan

Pada zaman dahulu, ritual Seraman biasanya dilakukan di dekat mata air atau sungai. Orang tua atau keluarga pemberi air biasanya terdiri dari tujuh orang termasuk ayah dari anak tersebut. Ritual Seraman Tengkiban merupakan harapan agar calon anak menjadi bersih dan suci.

Sekaligus tujuh orang berasal dari kata jawa pitu. Peto artinya Gilganan (bantuan). Hal tersebut sebagai bentuk harapan agar calon anak mendapat pertolongan dari Tuhan Yang Maha Esa dan orang-orang disekitarnya.

Setelah proses penyiraman selesai, induk harus memegang anak ayam dan telur bersama kelapa, yang kemudian akan disiram bersama.

Di akhir ritual seraman, ibu harus melepaskan ayam yang disiram air bersamanya. Proses lainnya adalah dengan menambahkan telur ayam kampung. Ayah anak tersebut memasukkan telur ayam mentah tersebut ke dalam kain/sorong yang dikenakan ibunya.

Ubarampe Kenduri Suran 1

Telur dimasukkan hingga menggelinding dan pecah. Ini merupakan simbol dan harapan agar calon anak diberikan kelembutan dan keringanan saat lahir, seperti telur yang sudah digulung.

Kemudian, sang ibu melakukan upacara pergantian pakaian. Gaun tersebut terdiri dari tujuh jenis gaun dengan corak pakaian yang berbeda-beda. Baju hamil ibu yang pertama berbahan dasar gaun berwarna putih. Pakaian berwarna putih merupakan tanda bahwa anak yang dilahirkan bersih. Kemudian ibu hamil mengganti pakaiannya sebanyak enam kali.

Setiap selesai melakukan perubahan, biasanya Anda bertanya, “Benar atau tidak?”. Kemudian para tamu yang berkumpul menjawab: “Belum.” Baru setelah pakaian terakhir atau ketujuh dikenakan, mereka menjawab, “Sempurna.”

Menurut adat di masyarakat, sangat pantas memakai pakaian ketujuh. Pola tabung dan kain yang digunakan dipilih yang terbaik. Harapannya kelak sang anak juga akan memiliki kebaikan dan keutamaan yang tersembunyi dalam simbol kain tersebut.

Paket Mitoni Di Jogja

Informasi tambahannya, kain yang biasa digunakan untuk pakaian atau pakaian upacara ini memiliki banyak pilihan motif yang semuanya dapat dijelaskan dengan baik. Alasan-alasan tersebut antara lain:

Sebagai simbol dan harapan agar anak yang dikandungnya selalu dekat dengan Tuhan Yang Maha Esa dan selalu mendapat perlindungan-Nya.

BACA JUGA  Lagu Pelangi Dinyanyikan Dengan Tempo

Sebagai simbol dan harapan agar kelak anak mempunyai sifat baik hati dan selalu mendapat cinta serta kasih sayang dari orang-orang disekitarnya.

Sebagai simbol dan harapan agar anak yang dilahirkan akan merasakan cinta terhadap sesama seperti Ram dan Sita cinta terhadap bangsanya.

Acara Tujuh Bulanan

Setelah melepas pakaian ketujuh, ritual dilanjutkan dengan menggunting tali sah atau daun kelapa di sekitar perut ibu hamil. Intervensi ini dilakukan calon ayah untuk mempermudah proses persalinan.

Setelah ritual ganti baju, jurus Tengkiban selanjutnya adalah Bahasa Inggris. Sang calon ibu sedang duduk di tumpukan pakaian atau pakaian bekas. Ini merupakan simbol bahwa calon ibu akan dengan tulus dan penuh kasih sayang melindungi anak dalam kandungannya. Sang ayah yang bereinkarnasi memberikan sang ibu nasi berdebar dan ayam merah putih sebagai simbol cinta suami kepada istrinya.

Ritual Tengkeiban lainnya adalah upacara pemakaman. Upacara ini terdiri dari calon ibu yang meletakkan sepasang buah kelapa gading bergambar Janka dan Srikandi atau Kumojoyo dan Komuratya ke dalam tempurung dari perut bagian atas dan menekannya ke bawah. Dadi kemudian menerima kelapa gading yang ada di bawah. Kemudian kelapa gading tersebut untuk sementara ditaruh di dalam ruangan. Itu merupakan simbol dan harapan agar kelak sang anak bisa dilahirkan dengan mudah, tanpa ada kendala apa pun.

Sedangkan makna dari gambaran Janaka dan Srikandi adalah ketika anak tersebut lahir, mereka akan mempunyai paras yang cantik, berpenampilan dan berkepribadian baik. Janka dan Srikandi merupakan sosok yang mewakili tokoh wayang Jawa ideal.

Tradisi Wedangan, Sebuah Strategi Komunikasi Orang Gunungkidul

Kelapa Aisha yang tadi dibawa ke kamar dibawa Anna untuk dikeluarkan dan dipecah. Sang ayah kemudian akan memilih salah satu dari dua buah kelapa tersebut.

Jika sang ayah memilih kelapa yang bergambar Arjun, maka anaknya akan berjenis kelamin laki-laki. Sedangkan jika memilih kelapa bergambar Srikandi maka akan lahir anak perempuan. Perlu diketahui bahwa ritual ini hanyalah angan-angan belaka. Anak yang belum lahir mungkin berbeda dengan kelapa yang dipilih.

Ritual Tengkiban lainnya adalah memecahkan tong air dan cawan dari tempurung kelapa dengan gagang kayu kumeng. Maksud dari pemecahan tempurung (dalam bahasa jawa sengkir) adalah agar anak mempunyai pemikiran yang benar (kensing duma/sengkir) kelak dalam bahtera kehidupannya.

Dalam ritual ini, ibu dan ayah menjual rajak atau kurma. Kemudian para tamu yang berkunjung mengambilnya sebagai uang dengan menggunakan kronga (uang buatan) atau pecahan genteng.

BACA JUGA  Sebuah Slinki

Tugas Kabudayan Daerah Kelas Xi

Uang ditempatkan dalam wadah dari tanah. Ibu mertua kemudian memecahkan wadah di dekat pintu yang berisi uang Kirwengo. Itu merupakan simbol dan harapan agar anak sukses di masa depan dan senang bersedekah.

Selain proses Tengkiban yang disebutkan di atas, ada juga tradisi Kandori atau Kandori. Candren ini merupakan acara sebagai ungkapan rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa. Sejumlah Uberamp telah disiapkan dalam gerakan ini. Antara lain ada tamping ampuh yaitu tujuh tamping. Satu tamping lebih besar dari enam tamping lainnya. Pukulan terbesar ada di tengah dan dikelilingi oleh tujuh pukulan.

Angka tujuh melambangkan usia bayi, yakni tujuh bulan dalam kandungan. Sekaligus makna tamping kuat sebagai simbol dan harapan agar anak terlahir sehat dan orang tua diberikan kekuatan lahir dan batin. Ada 7 jenis jin putih dan merah, lambang jin putih melambangkan laki-laki dan lambang jin merah melambangkan wanita.

Terakhir adalah upacara atap atau penutupan yang dilakukan oleh orang yang pertama kali keluar rumah/candren. Hal ini dirancang untuk memfasilitasi persalinan.

Ngobrol Bareng Fadhil: Sangkan Paraning Dumadi Telaah Alur Spiritualisme Jawa (2)

Inilah prosesi atau ritual Tengkiban yang biasa dilakukan oleh masyarakat Jawa. Kami berharap informasi ini dapat memberikan informasi dan bahan edukasi. Methuni adalah ritual Jawa yang dilakukan pada bulan pertama kehamilan dan saat kandungan mencapai bulan ketujuh. Upacara ini biasanya dilaksanakan pada hari Selasa atau Sabtu di kediaman orang tua suami. Methuni ini merupakan ungkapan rasa syukur atas rahmat Tuhan dan mendoakan keselamatan dan kelancaran ibu dan anak saat melahirkan. Rangkaian upacara ini meliputi:

Diawali dengan mengungkapkan rasa simpati kepada orang tua, kemudian keduanya mengungkapkan rasa simpati kepada ayahnya. Lalu mandi dilanjutkan.

Acara shower tersebut dipandu oleh kedua orang tuanya sekaligus, dimulai dari kakek dan nenek, kemudian dilanjutkan oleh keluarga yang sudah mempunyai 7 orang cucu. Akhirnya ibu calon suami dan ibu mertua melakukan aib secara bersamaan. Konon jika ujung cawannya tidak pecah berarti anak yang dilahirkannya laki-laki, dan jika ujung cawannya pecah berarti perempuan.

Kemudian

Kumpulan Soal Upacara Adat Bahasa Jawa Beserta Jawabannya

Contoh undangan tingkeban, tingkeban dalam bahasa jawa, undangan tingkeban, tingkeban, upacara adat tingkeban, rujak tingkeban

Tags:

Share:

Related Post

Leave a Comment