Ucapan Idul Fitri Yang Biasa Digunakan Rasulullah Beserta Maknanya

administrator

0 Comment

Link

Edukasinewss – Waktu perayaan Idul Fitri diawali dengan shalat Idul Fitri dan mohon maaf, dan kami mengucapkan selamat hari raya Idul Fitri.

Doa yang sering diucapkan orang Indonesia pada saat Idul Fitri adalah “Manal Aydin dan Faizin”, diikuti dengan kalimat “Mohon maaf lahir dan batin”.

Apakah penggunaan kata-kata ini benar? Apa kalimat yang diucapkan Nabi, semoga Allah memberkatinya dan memberinya kedamaian, pada Idul Fitri?

Ustad Hasan Ubaydullah, Guru Besar UIN Raden Mas Said Surakarta menjelaskan bahwa kata-kata yang biasa digunakan oleh Nabi dan para sahabat adalah “taqobalallahu minna wa minkum taqobbal ya karim”.

Pidato tersebut dikaitkan dengan ‘Wa ja ‘ alanallahu wa iyyakum minal Aidin wal faizin. ‘

Taqobalallahu minna wa minkum taqobbal ya karim adalah surat yang berisi permohonan seseorang.

“Taqobalallahu minna wa minkum taqobbal ya karim. Ini adalah bentuk doa dimana kita mendoakan orang yang kita ingat atau doakan,” jelas Hassan saat diskusi program Oase.

“Kebaikanmu diterima di sisi Allah dan Yang Maha Penyayang.

“Jadi ja ‘alanaallaahu wa iyyaakum minal ‘ aaidin wal pakikziinini adalah doa untuk kita semua agar menjadi orang yang manal aaidina, orang yang kembali ke kebaikan ”.

Hassan menjelaskan: “Kembalilah ke kekudusan, kembali ke naluri. Dan kaum Faizist, dia menjadi bagian dari orang-orang yang beruntung.”

Dapat disimpulkan bahwa kata Manal Al-Maouneh dan Al-Faizin berarti doa agar kita menjadi bagian dari orang-orang yang kembali berbuat baik, dan bukan berarti “pengampunan, baik lahir maupun batin”.

sunnah nabi di hari raya idul fitri

Dalam kesempatan itu, Hasan juga menjelaskan bahwa ada beberapa amalan sunnah yang bisa dilakukan umat Islam sehubungan dengan pelaksanaan salat Idul Fitri.

BACA JUGA  Urutan Satuan Panas Dinyatakan Dalam

Ini Sunnah Nabi dalam Sholat Ied

1. Mandi dan berdandan dengan pakaian cantik

Orang-orang yang menghadiri shalat Idul Fitri, baik pria maupun wanita, diharuskan tampil anggun, yaitu berpenampilan rapi, memakai pakaian yang indah (tidak harus mahal, yang penting bersih dan rapi) dan berbau harum. dengan tepat.

Diriwayatkan atas kewibawaan Jaafar bin Muhammad atas kewibawaan ayahnya atas kewibawaan kakeknya, Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, biasa menggunakan wol berhias (burdah) dalam setiap pemberian. (HR. Al-Siyafi dalam bukunya “Musnad Al-Syafi”).

Atas wewenang Zaid bin Al Hassan bin Ali, atas wewenang ayahnya, dia berkata: Rasulullah, semoga Allah memberkati dia dan memberinya kedamaian, memerintahkan kita pada dua Idul Fitri (Idul Fitri dan Idul Adha ) untuk memakai yang terbaik dari apa yang kita miliki. Pakaian itu, memakai wewangian yang paling baik di dalamnya, dan menyembelih kurbannya (sapi untuk tujuh, dan unta untuk sepuluh), agar kita menunjukkan keagungan, ketenangan dan keikhlasan Tuhan. (HR. al-Hakim dalam bukunya The Ten). Mustadrak, 4: 256).

2. Makan sebelum salat Idul Fitri

Atas otoritas Abdullah bin Buraidah atas otoritas ayahnya (yaitu Buraidah bin Al Haseeb) dia berkata: “Rasulullah, semoga Allah memberkati dia dan memberinya kedamaian, pada hari Idul Fitri tidak keluar. sebelum makan, dan pada hari Idul Adha dia tidak makan sampai selesai shalat.” (HR.AtTirmizi)

Hassan Obaidila menjelaskan, dianjurkan makan sarinya sebelum keluar untuk shalat Idul Fitri, agar tidak mengira masih puasa.

Sedangkan untuk salat Idul Adha dianjurkan untuk tidak makan terlebih dahulu, sehingga kurban harus segera disembelih dan dinikmati setelah salat Idul Fitri.

3. Keberangkatan dan kembali dengan rute yang berbeda

Diriwayatkan atas otoritas Muhammad bin Ubaid Allah bin Abi Rafi’, atas otoritas ayahnya, atas otoritas kakeknya, bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam melaksanakan sholat Ied dengan berjalan kaki dan kembali melalui jalan yang berbeda dari yang dia lewati ketika dia keluar. . (HR.Ibnu Majah)

BACA JUGA  Lebaran Punya HP Baru? Ini Rekomendasi HP Dengan Kapasitas Baterai Besar: Poco M3 Hingga Redmi 9T

Salah satu hikmah yang membuat Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam membedakan antara jalan menuju dan darinya, adalah banyak bagian bumi yang menjadi saksi kita ketika kita berbuat baik.

Hassan berkata, “Jalan yang kita tempuh berbeda, sehingga jejak yang muncul dari perjalanan kita tidak terekam di beberapa titik, tetapi juga terekam di tempat yang berbeda.”

4. Mengumandangkan Takbir

Dua ulama mengatakan waktu dimulainya takbir.

Pertama: Dari malam setelah magrib satu hari sebelum salat Idul Fitri, dan kedua, mulai pagi hari saat menjelang salat Idul Fitri.

Berbeda dengan Idul Adha, di mana takbir diulang pada hari pencurian hingga tanggal 13 Dzulhijjah, dan pada hari Idul Fitri setelah shalat Ied, setelah itu tidak ada takbir.

Share:

Related Post

Leave a Comment