Zihar Dalam Pernikahan

Zihar dalam Pernikahan

Zihar adalah pernyataan suami kepada istrinya yang menyerupakan istrinya dengan salah satu mahramnya (kerabat dekat yang haram dinikahi). Zihar merupakan salah satu bentuk talak yang dapat memutus hubungan pernikahan antara suami dan istri.

Hukum zihar ditetapkan berdasarkan Al-Qur’an dan As-Sunnah. Dalam Al-Qur’an, Allah SWT berfirman:

"Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu katakan kepada istri-istrimu: "Kamu seperti punggung ibuku." Sesungguhnya itu adalah suatu perkataan yang buruk. Dan takutlah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan." (QS. Al-Mujadalah: 2)

Dalam As-Sunnah, Rasulullah SAW bersabda:

" Barangsiapa yang berkata kepada istrinya "engkau seperti punggung ibuku", maka dia wajib membebaskan seorang budak. Jika dia tidak memiliki budak maka dia harus berpuasa selama dua bulan berturut-turut. Jika dia tidak sanggup berpuasa maka dia harus memberi makan enam puluh orang miskin." (HR. Bukhari dan Muslim)

Tata cara zihar adalah sebagai berikut:

1. Suami mengucapkan pernyataan zihar kepada istrinya.
2. Suami wajib membayar kafarat, yaitu:
   • Membebaskan seorang budak.
   • Jika tidak memiliki budak, maka berpuasa selama dua bulan berturut-turut.
   • Jika tidak sanggup berpuasa, maka memberi makan enam puluh orang miskin.
3. Setelah membayar kafarat, hubungan pernikahan antara suami dan istri kembali sah.

Namun apabila suami tidak membayar kafarat, maka zihar akan menjadi talak ba’in sughra. Dengan demikian, hubungan pernikahan antara suami dan istri menjadi putus.

Zihar merupakan bentuk talak yang sangat tidak dianjurkan dalam Islam. Hal ini dikarenakan zihar dapat menyakiti hati istri dan menyebabkan perceraian. Oleh karena itu, sebaiknya suami tidak mengucapkan pernyataan zihar kepada istrinya.

Jika suami terlanjur mengucapkan pernyataan zihar, maka sebaiknya segera membayar kafarat dan meminta maaf kepada istrinya. Dengan demikian, hubungan pernikahan antara suami dan istri dapat kembali harmonis.