Posisi Jari Kiri Dalam Permainan Alat Musik Sasando Memiliki Peranan

admin 2

0 Comment

Link

Posisi Jari Kiri Dalam Permainan Alat Musik Sasando Memiliki Peranan – ‘Sasandu’, artinya Sasando, alat musik getar atau nyanyian dalam bahasa hafalan, adalah alat musik tradisional. Saat dipetik, ketujuh senarnya bergetar.

Sasando merupakan alat musik tradisional yang berasal dari Pulau Rote di Nusa Tenggara Timur (NTT). Sasando adalah alat musik petik yang dimainkan dengan jari.

Posisi Jari Kiri Dalam Permainan Alat Musik Sasando Memiliki Peranan

Sasando berarti “Sasandu” dalam bahasa Rote, yaitu alat musik yang bergetar atau mengeluarkan suara. Sasando sering dibawakan untuk mengiringi lagu, tarian tradisional, dan untuk menghibur keluarga yang berduka. Sasando, salah satu alat musik tradisional, masih terus eksis hingga saat ini.

Alat Musik Tradisional Di Indonesia

Meski terlihat mirip, namun sasando memiliki ciri khusus yang membedakannya dengan jenis alat musik gesek lainnya. Alat musik petik ini mempunyai komponen utama berupa tabung bambu yang panjang.

Terdapat kurva melingkar di tengah tabung dari atas ke bawah. Saat ini, kabel-kabel tersebut direntangkan dari atas pipa ke bawah dan disambung dengan paku kayu.

Bagian pipanya dipasang berbentuk kipas setengah lingkaran yang terbuat dari anyaman daun lontar. Sumbat di bagian atas tabung dapat diputar untuk mengatur tegangan senar. Biasanya sasando mempunyai sepuluh senar.

Sasandon kecil berukuran tinggi 30 centimeter, sedangkan sasandon besar berukuran 50 centimeter, dan lebar 30 centimeter. Bentuknya yang unik membuat Sasandon sering digunakan sebagai alat koleksi kecil.

Alat Musik: Sasandu Melintas Batas Batas

Masyarakat Nusa Tenggara Timur terkadang bermain basket. Misalnya dalam upacara belasungkawa kepada sanak saudara atau orang yang berduka, mengiringi festival dan tarian adat, menerima tamu penting atau sekedar untuk hiburan.

Ada dua jenis permainan bola basket di masyarakat Nusa Tenggara Timur. Yang pertama kali dimainkan oleh penduduk Pulau Rote adalah sasando. Umumnya masyarakat Rote memainkan sasando dengan musik dan sejenis gendang kecil.

Jenis permainan yang kedua dimainkan oleh masyarakat Pulau Sabu. Berbeda dengan masyarakat Rote, sasando di Pulau Sabu hanya diiringi dengan suara saja, tanpa gendang atau kendang.

Ketangkasan jari sangat diperlukan saat memetik setiap bagian senar untuk memainkan bass. Pemain harus menggunakan kedua tangannya maju mundur. Tangan kanan memainkan musik, tangan kiri mengontrol melodi dan bass.

Alat Musik Tradisonal 3

Yang harus diperhatikan bukan hanya cara memainkannya saja, namun perhatian Sasando juga tidak boleh diabaikan. Alat musik tradisional ini memerlukan perawatan rutin, dan penggantian pelepah sawit dilakukan setiap lima tahun sekali karena pelepahnya sudah rapuh.

Ada berbagai jenis alat musik ini tergantung tanggal lahirnya. Kebanyakan versi berdasarkan legenda masyarakat Rote memuat kisah seorang pemuda bernama Sangguna (1950-an) yang terdampar di Pula Ndana saat melakukan perjalanan di laut. Orang-orang membawanya ke kerajaan.

BACA JUGA  Tari Daerah Yang Menggunakan Pola Lantai Zigzag Yaitu

Sangguana memiliki bakat seni dan membuat putri istana terkesan. Sang putri pun meminta Sanguana untuk menciptakan alat musik yang tidak pernah ada. Suatu malam Sanguana bermimpi memainkan alat musik yang indah dan manis. Dialah yang menginspirasi alat musik ini, yang diberi nama Sandu yang artinya getaran.

Sambil memainkan lagu tersebut, sang putri menanyakan lagu apa yang sedang dimainkan dan Sanguana menjawab. Sari Sandu? Ia memberikan alat musik tersebut kepada sang putri, dan sang putri menamainya Depo Hitu yang artinya Sekali Dipetik, Balai Tujuh Getaran.

Sasando, Alat Musik Tradisional Untuk Meminang Putri Raja

Versi cerita lain menyebutkan bahwa Sasando diciptakan oleh dua orang sahabat bernama Lunggi dan Balok Ama Sina, yang merupakan seorang penggembala domba dan petani sawit.

Ketika mereka membuat haik dari daun lontar, terdapat semacam tali/fika di sela-sela jari-jari daun lontar yang menimbulkan bunyi jika ditekan.

Berdasarkan kejadian tersebut, dua orang sahabat terinspirasi ide untuk membuat alat musik petik yang dapat menirukan bunyi gong dengan cara membuang tulang daun lontar yang diikat dengan tongkat kayu.

Karena suaranya kurang bagus, kulitnya dibuang dan diganti dengan batang bambu yang diikat dengan pasak kayu. Bantu kami menyempurnakan artikel ini dengan menambahkan tautan ke sumber terpercaya. Komentar yang tidak relevan dapat ditentang dan dihapus. Sumber Pencarian: “Sasando” – berita · surat kabar · buku · akademik · JSTOR (Pelajari bagaimana dan kapan harus menghapus pesan templat ini)

Chaka Music Production

Sasandu (Bahasa Hafalan) atau Sasando (Bahasa Kupang) adalah alat musik gesek yang dimainkan dengan cara dipukul dengan jari. Sasando merupakan alat musik tradisional dari budaya hafalan. Alat musik sasando mempunyai bentuk yang sederhana, bagian utamanya berupa tabung bambu yang panjang, bagian tengahnya berbentuk lingkaran dari atas ke bawah, dan di belakang tabung bambu tersebut terdapat senar atau penyangga yang direntangkan (Bahasa Rote: senda) yang di atasnya terdapat senar tersebut. didukung. dari kepala sampai kaki. Penopang ini memberikan bunyi yang berbeda-beda pada setiap senar yang dipetik, dan pada pipa sasando diberi kotak yang terbuat dari anyaman daun lontar (haik). Wadah ini adalah tempat resonansi. Bentuk sasandon mirip dengan alat musik lain seperti gitar, biola, dan harpa. Nama Sasando sebenarnya berasal dari kata sasandu yang berarti alat musik yang bergetar atau berbunyi. Sasando konon sudah digunakan di kalangan masyarakat Rote sejak abad ketujuh.

Legenda ada dua macam, yang pertama Sasando ditemukan oleh seorang pemuda bernama Sangguana yang terdampar di Pulau Ndana. Ia kemudian dibawa ke hadapan Raja Takalaa yang tinggal di istana Nusaklain. Tradisi di keraton pada malam hari sering mengadakan permainan kebak (kebalai), yaitu tarian umum dimana para pemuda berpegangan tangan dan membentuk lingkaran dengan manahelo (pemimpin lagu) di tengah lingkarannya. Lagu-lagu ini menceritakan asal muasalnya. Dalam lakon ini Sangguana menjadi fokus karena memiliki bakat seni, tanpa disadari putri raja jatuh cinta pada Sangguana, dan saat bertemu dengan putri raja, Sangguana diminta untuk membuat kostum yang belum pernah ada sebelumnya. Jika menang, ia mendapat kesempatan untuk menikahi putri raja. Suatu malam Sanguana bermimpi sedang memainkan alat musik yang bentuk dan suaranya indah. Belakangan Sangguana berhasil membuat alat musik yang diberi nama Sandu (artinya orang yang berani menggoyang). Putri ratu memberi nama alat musik ini dari bahasa Sya yang artinya hitu (tujuh), karena alat musik ini mempunyai tujuh dawai dan musik yang dimainkan disebut depo hitu yang artinya ketujuh dawai itu bergetar ketika dimainkan. Tali ini terbuat dari akar pohon beringin dan digunakan sebagai pengganti usus hewan yang dikeringkan.

BACA JUGA  Reklame Audio Visual Dan Audio Visual Merupakan Jenis Reklame Menurut

Kisah versi kedua diawali dari kisah dua orang sahabat, Lunggi Lain dan Balok Ama Sina. Kedua sahabat ini bekerja sebagai penggembala dan minum tuak setiap hari. Sedangkan haik (keranjang tempat menampung nira) terbuat dari daun lontar, sejenis benang (fifik memori) sengaja diletakkan di sela-sela jari-jari daun lontar atau benangnya ditekan saat sasando membuat alat musik. lalu dilepas untuk menghasilkan suara yang berbeda. Namun benang atau saku ini mudah putus. Awal mula acara ini mendorong Lunggi Lain dan Balok Ama Sina untuk mengembangkannya; Mereka menginginkan alat musik yang meniru suara gong. Akhirnya, dengan mengukir tulang-tulang dari pelepah palem yang ditempelkan pada batang kayu, ia mampu menciptakan suara atau bunyi-bunyian yang terkandung dalam gong tersebut. Karena teks yang dihasilkan terus berubah dan bunyinya kecil, maka daun lontar diganti dengan bambu, yakni banyak kulit bambu yang dihilangkan, karena pada gong terdapat tulisan yang ditempel dengan tongkat kayu. Hal ini berlanjut dan tali diganti dari pelepah palem dan lantai dansa dari haik.

Bentuk Sasando berbeda dengan alat musik lainnya. Bagian utamanya berupa tabung bambu dengan panjang 7 sampai 80 cm. Terdapat tempat di bagian bawah dan atas bambu di mana Anda dapat memasang dan mengatur tegangan benang.

Tugas Seni Budaya

Bentuknya melingkar dari atas ke bawah dan terdapat pengait atau pengait di tengahnya. Mereka disusun dari atas ke bawah di tempat pemasangan kabel di sepanjang pipa. Senar ini memberikan nada yang berbeda pada setiap senar yang dimainkan.

Tongkat sasando ini berada di dalam kotak yang terbuat dari sejenis daun lontar mirip panko atau haik, dan di sinilah terdengar bunyi sasando. Sekilas cekungan ini terlihat seperti kolam yang melengkung.

BACA JUGA  Mendorong Bola Basket Menuju Keranjang Lawan Merupakan Teknik Dasar

Untuk memainkan alat musik tradisional NTT ini, gunakan kedua tangan secara maju mundur dari kiri ke kanan dan kanan ke kiri. Tangan kiri bertugas memainkan melodi dan bass, dan tangan kanan bertugas memainkan akord.

Sistem nadanya tidak teratur seperti instrumen secara keseluruhan, malah sebaliknya. Alat musik ini memiliki profil yang tidak beraturan namun tetap menghasilkan nada-nada yang merdu berkat resonator hai-nya.

Alat Musik Sasando Dimainkan Dengan Cara Seperti Main Harpa, Berikut Tekniknya

Bukan sekedar pendewasaan saja, perlu penyesuaian perasaan dan teknik memenangkan sasando agar lagunya mendominasi telinga pendengarnya. Ketangkasan jari penting saat merangkai.

Mirip dengan harpa dan kecapi, menggerakkan jari Anda pada senar instrumen ini akan berdampak besar pada suaranya. Semakin cepat nadanya, semakin fleksibel tangan penarinya saat memetik senar.

Gong Sasando merupakan gong yang biasa dilantunkan dan dilantunkan untuk mengiringi tarian serta menghibur keluarga yang berduka dan orang yang merayakan. Nada sasandogong bersifat pentatonik. Sasando gong yang berdawai tujuh ini kemudian dikembangkan menjadi sebelas senar. Sasando gong paling berkembang di Pulau Rote sejak abad ke-7.

Alat musik ini menggunakan senar atau sekrup berputar yang terbuat dari kayu berbentuk biola. Sasando diyakini berkembang pada akhir abad ke-18, ketika biola Sasando dikembangkan. Biola sasando lebih berkembang di Kupang. Rebab sasando mempunyai bunyi yang diatonis dan bentuknya mirip dengan sasando gong, namun bentuk bambunya mempunyai diameter yang lebih besar dibandingkan sasando gong, serta jumlah senar pada rebab sasando lebih banyak yaitu 30, 32 dan 36. Ada Ada dua jenis rebab: sasando yaitu sasando yang terbuat dari daun lontar yang berbentuk ruang resonansi dan sasando biola, sasando yang berupa ruang resonansi yang terbuat dari (kotak atau peti yang terbuat dari papan). Sasando biola yang terbuat dari kotak kurang mendapat perkembangan karena dianggap tidak berguna. Sekrup kayu sebaiknya diputar jika sulit memutar suara

Uniknya Alat Musik Sasando Dari Nusa Tenggara Timur

Contoh alat musik sasando, alat musik sasando berasal, gambar sasando alat musik, asal alat musik sasando, alat musik tradisional sasando, nama alat musik sasando, harga alat musik sasando, foto alat musik sasando, informasi tentang alat musik sasando, bahan alat musik sasando, sasando termasuk alat musik, sasando alat musik

Tags:

Share:

Related Post

Leave a Comment